Desember 02, 2010

Puasa Sunnah

Sebagaimana yang kita ketahui, Puasa sunnah adalah puasa yang dianjurkan bagi umat Islam setelah puasa wajib. Disebut “dianjurkan” karena orang yang mengerjakan akan mendapat pahala dan tidak apa-apa jika tidak dikerjakan. Meski begitu definisi sunnah yang mengartikan bahwa “Jika dikerjakan mendapat pahala namun jika ditinggalkan tidak apa-apa” sepertinya kurang tepat. Definisi yang lebih bagus adalah: “Jika dikerjakan mendapat pahala, namun jika ditinggalkan rugi.” Mengapa rugi? Karena hidup di dunia ibarat mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat. Lebih cerdas jika kita mempersiapkan bekal semaksimal mungkin. Puasa sunnah adalah salah satu “pilihan tepat” untuk menambah bekal dan meningkatkan pahala kita seperti yang dilakukan oleh Rosulullah saw. Tidak hanya pahala yang kita dapat, tapi  Puasa juga bagus untuk kesehatan, sebagaimana janji Allah SWT diberikan kepada orang yang berpuasa ditegaskan dengan sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu'aim: ''Berpuasalah maka anda akan sehat.'' Dengan berpuasa kita akan sehat jasmani, rohani dan hubungan sosial. Banyak sekali puasa sunnah yang dicontohkan oleh Rosulullah saw. Dalam Esai ini akan di bahas beberapa puasa sunnah yang diajarkan Islam antara lain: puasa 6 hari di bulan syawal, puasa ‘Arofah, puasa muharrom, puasa sya’ban, puasa hari senin dan kamis, puasa 3 hari setiap bulan, dan puasa daud.
Berpuasa 6 hari pada bulan Syawal setelah puasa wajib di bulan Ramadhan adalah merupakan puasa Sunnah Mustahabbah, bukan wajib. Namun puasa ini sangat disarankan kepada umat Muslim, karena kebaikan yang banyak yang ada padanya dan pahalanya yang amat besar. Barangsiapa berpuasa 6 hari pada bulan Syawwal (setelah berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan) akan dicatat baginya pahala seperti dia telah berpuasa selama satu tahun penuh, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits sahih. Rasulullah SAW pernah bersabda : "Barangsiapa berpuasa Ramadhan dan kemudian meneruskannya dengan 6 hari pada bulan Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa selama setahun penuh." (HR. Muslim). Puasa tersebut menurut Imam Ahmad dapat dilakukan berturut-turut atau tidak berturut-turut dan tidak ada kelebihan antara yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan menurut golongan Hanafi dan golongan Syafi'i, lebih utama melakukannya secara berturut-turut, yaitu setelah hari raya idul fitri 1 syawal.
Bulan Dzulhijjah termasuk salah satu bulan yang di muliakan Allah. Pada bulan inilah umat Islam dari seluruh penjuru dunia, khususnya mereka yang menunaikan ibadah haji, berkumpul di Makkah dan Madinah. Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah itulah mereka sedang melaksanakan inti dari ibadah haji, yakni melaksanakan wuquf di ‘Arafah. Sedangkan bagi umat Islam yang lain tidak melaksanakan ibadah haji, mereka disunnahkan untuk berpuasa, yakni puasa ‘Arafah. Dari Abu Qatadah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Puasa hari ‘Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, yaitu satu tahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang." (HR. Muslim). Dari Hafshah ra, dia berkata, "Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah saw, yaitu puasa Asyura, puasa sepertiga bulan (yakni bulan Dzulhijjah), puasa tiga hari dari tiap bulan, dan salat dua rakaat sebelum Subuh." (HR Ahmad dan Nasa'i).
 
Puasa pada Bulan Muharrom dan sangat dianjurkan pada Tanggal 9 dan 10 (Tasu'a dan 'Asyura). Puasa muharrom, yaitu puasa pada bulan Muharrom terutama pada hari Assyuro’. Keutamaannya adalah bahwa puasa di bulan ini adalah puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon. Dari Abu Hurairah ra dia berkata, "Rasulullah saw ditanya, 'Salat apa yang lebih utama setelah salat fardhu?' Nabi menjawab, 'Salat di tengah malam'. Mereka bertanya lagi, 'Puasa apa yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?' Nabi menjawab, 'Puasa pada bulan Allah, yang kamu namakan Muharrom'." (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud). Hari Tasu’a dan hari Assyuro’ adalah hari ke-9 dan ke-10 dari bulan Muharrom. Nabi saw memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari Assyuro’ ini dan mengiringinya dengan puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal ini bertujuan untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya berpuasa pada hari ke-10. Keutamaannya: “Puasa ‘Asyura menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lalu.”(HR. Muslim). Para ulama menyebutkan bahwa puasa Asyura' itu ada tiga tingkat: tingkat pertama, berpuasa selama tiga hari yaitu hari kesembilan, kesepuluh dan kesebelas. Tingkat kedua, berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh. Tingkat ketiga, berpuasa hanya pada hari kesepuluh saja.

Berpuasa pada Sebagian Besar Bulan Sya'ban. Dari Aisyah ra berkata, "Saya tidak melihat Rasulullah saw melakukan puasa dalam waktu sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan dan tidak satu bulan pun yang Nabi saw banyak melakukan puasa di dalamnya daripada bulan Sya'ban." (HR Bukhari dan Muslim). Disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban, karena bulan ini adalah bulan di mana semua amal diangkat kepada Robb semesta alam. Dari Usamah bin Zaid ra berkata, Aku berkata, "Ya Rasulullah saw , tidak satu bulan yang Anda banyak melakukan puasa daripada bulan Sya'ban !" Nabi menjawab: "Bulan itu sering dilupakan orang, karena letaknya antara Rajab dan Ramadhan, sedang pada bulan itulah amal-amal manusia diangkat (dilaporkan) kepada Tuhan Rabbul 'Alamin. Maka, saya ingin amal saya dibawa naik selagi saya dalam berpuasa." (HR Nasa'I dan dinyatakan sahih oleh Ibnu Khuzaimah).
Berpuasa pada Hari Senin dan Kamis. Rosulullah bersabda : “Amal-amal manusia itu dilaporkan kepada Allah setiap hari senin dan kamis. Oleh kerena itu aku senang jika setiap amalku dilaporkan saat aku sedang berpuasa”.(HR. Tirmidzi). Hal ini juga berdasarkan pada hadis Abu Hurairah ra, bahwa Nabi saw lebih sering berpuasa pada hari Senin dan Kamis, lalu orang-orang bertanya kepadanya mengenai sebab puasa tersebut, lalu Nabi saw menjawab,"Sesungguhnya amalan-amalan itu dipersembahkan pada setiap hari Senin dan Kamis, maka Allah berkenan mengampuni setiap muslim, kecuali dua orang yang bermusuhan, maka Allah berfirman, "Tangguhkanlah kedua orang (yang bermusuhan ) itu!" (HR Ahmad dengan sanad yang sahih). Dalam sahih Muslim diriwayatkan bahwa Nabi saw ditanya orang mengenai berpuasa pada hari Senin, maka beliau bersabda, "Itu hari kelahiranku dan pada hari itu pula wahyu diturunkan kepadaku." (HR Muslim).
 
Disunnahkan untuk melakukan Puasa 3 hari setiap bulan yaitu tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan. Tanggal-tanggal ini disebut juga dengan A yaamul Bidh (hari yang cerah atau hari putih), artinya hari-hari yang malamnya disinari oleh cahaya bulan yang terang benderang. Sehingga tidaklah benar anggapan sebagian orang yang menganggap bahwa puasa pada hari putih adalah puasa dengan hanya memakan nasi putih, telur putih, air putih, dan sebagainya. Dari Abu Dzarr al-Ghiffari ra berkata, "Kami diperintah Rasulullah saw untuk melakukan puasa tiga hari dari setiap bulan, yaitu hari-hari terang bulan, yakni tanggal 13, 14 dan 15, sembari Rasulullah saw bersabda, 'Puasa tersebut seperti puasa setahun (sepanjang masa)'." (HR Nasa'i dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).
Puasa Daud, yaitu puasa selang seling yaitu, sehari puasa dan sehari tidak puasa. Puasa ini adalah puasa yang paling disukai oleh Alloh. Dari Abdullah bin Amr berkata, Rasulullah saw telah bersabda, "Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Daud dan salat yang paling disukai Allah adalah salat Daud. Ia tidur seperdua (separuh) malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya, dan ia berpuasa satu hari lalu berbuka satu hari.". (HR. Bukhori-Muslim).
Puasa sunnah adalah puasa yang “jika dikerjakan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan tidak apa-apa”. Puasa sunnah yang diajarkan Islam antara lain: puasa 6 hari di bulan syawal, puasa ‘Arofah, puasa muharrom, puasa sya’ban, puasa hari senin dan kamis, puasa 3 hari setiap bulan, puasa daud, dan lain-lain. Puasa sunnah adalah salah satu “pilihan tepat” untuk menambah bekal dan meningkatkan pahala kita, dan Puasa juga bagus untuk kesehatan kita. Begitu banyak keutamaan-keutamaan dari berbagai jenis puasa sunnah yang dilakukan oleh Rosulullah saw. Semua memiliki keutamaan tersendiri yang sungguh menakjubkan. Betapa besar kemurahan dan anugerah yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya yang gemar mengerjakan puasa sunnah. Karena itu, kita sebagai pengikutnya, selayaknya jika kita berusaha semaksimal mungkin untuk mencontoh perilaku beliau tersebut, yakni dengan melakukan puasa sunnah. Semoga kita diberi kemudahan dan keringanan dalam mengikuti sunnah-sunnah beliau tersebut dan mudah-mudahan kita termasuk golongan yang dimudahkan dalam menapaki jalan yang diridhoi Allah SWT. Allahumma Amin ya Rabbal ‘Alamiin.

sumber :
Abank Lisin, FKIP/IPA/Pen.FISIKA'10 "UNVERSITAS SRIWIJAYA"

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Blog Themes | Bloggerized by andri pradinata - Gold Blogger Themes | AP14