Februari 24, 2013

Derby della Madonnina dalam Sejarah


RIVALITAS PENUH KELAS itulah cerita lain dari perseteruan antara kakak dan adik nakal ini yang terlahir di kota mode Italia ( Re;Milano ). Hingga nanti malam pertemuan kedua tim telah berlangsung sebanyak 220 laga. kali ini kita akan bahas panasnya pertemuan kedua klub dari Sejarah kedua klub ini dalam beberapa pembabakan waktu.

Sejarah Awal Derby Milan

Derby della Madonnina mengambil nama dari patung ikonik Bunda Maria yang terletak di atas Duomo di Milano atau Katedral Milan yang biasa disebut oleh warga Milano sebagai ‘Madonnina’. 

Derby Milan pertama kali terjadi pada tahun 1908 dalam ajang Coppa Chiasso yang dimenangkan Milan 2-1. Kedua klub awalnya bersatu di bawah nama ‘Milan Cricket and Football Club’ yang dipelopori dan dibentuk oleh dua ekspatriat Inggris, Herbert Kilpin dan Alfred Edwards pada 16 Desember 1899. Milan meraih scudetto pertamanya pada tahun 1901 lalu tahun 1906 dan 1907 sebelum muncul perseteruan yang tidak menemui kata sepakat dalam hal kebijakan merekrut para pemain asing sehingga berujung pada perpecahan klub. Grup pemuda asli Italia dan imigran Swiss yang dipimpin oleh Giorgio Muggiani, Pietro Dell'Oro dan Hintermann bersaudara (Enrico, Arturo dan Carlo) lalu membentuk ‘Football Club Internazionale’ pada 9 Maret 1908. Inter sukses meraih scudetto pertamanya tahun 1910 di bawah kepemimpinan kapten dan pelatih Virgilio Fossati lalu menambah koleksi lima scudetto (1910, 1920, 1930, 1938, 1940).

Sementara di lain pihak, Milan baru dapat kembali meraih gelar scudetto pada musim 1950-51 saat era Il Grande Milan yang dimotori Cesare Maldini, Lorenzo Buffon dan Carlo Annovazzi serta trio ikonik Gre-No-Li asal Swedia. Gunnar Nordahl datang ke San Siro pada awal musim 1948-49 diikuti Gunnar Gren dan Nils Liedholm pada musim berikutnya dan mereka berperan besar dalam menyumbangkan empat scudetto untuk Milan.


Kejayaan Dua Rival Pada Era 1960

Era 1960 menjadi milik duo kota Milano saat keduanya merajai Serie A dan juga level internasional. Dimana allenatore kedua tim, Helenio Herrera (Inter) dan Nereo Rocco (Milan), dua sosok pengembang taktik legendaris catenaccio yang diciptakan pelatih asal Austria, Karl Rappan, menjelma menjadi dua tim raksasa yang mendominasi kompetisi Serie A dan juga level internasional.

Rocco bersama I Rossoneri dengan pemain andalan seperti Gianni Rivera, Jose Altafini dan Kurt Hamrin meraih dua scudetto (1962, 1968) dan satu Coppa Italia (1967), dua titel European Cup (1963, 1969), satu Winners' Cup (1968) dan satu Piala Interkontinental (1969).

Sementara itu, Herrera bersama I Nerazzurri mengemas tiga scudetto (1963, 1965, 1966), dua trofi European Cup (1964, 1965) dan dua Piala Interkontinental (1964,1965). Inter saat itu dimotori oleh Luis Suarez, Sandro Mazzola, Jair da Costa dan kuartet empat bek nya yang terkenal dengan sebutan 'Il Mago' : Giacinto Facchetti, capitano legendaris Inter, Tarcisio Burgnich, Aristide Guarneri dan Armando Picchi.

Rivalitas Inter - Milan juga menjalar ke Timnas Italia. Mazzola dan Rivera menjadi dua ikon masing-masing klub yang bersaing dalam memperebutkan posisi trequartista di skuad inti Gli Azzurri. Namun, Ferruccio Valcareggi lebih memilih Mazzola sebagai starter Timnas Italia saat meraih trofi EURO 1968 dan saat dikalahkan 1-4 oleh Brasil di final Piala Dunia 1970.

Kejayaan Juventus, Pasang-Surut Milan Dan Meredupnya Sinar Rival Sekota

Ajang Serie A pada periode 1980 menjadi milik Juventus di bawah kepemimpinan allenatore Giovanni Trapattoni yang diperkuat pemain-pemain seperti Michel Platini, Zbigniew Boniek, Gaetano Scirea dan Marco Tardelli dengan meraih lima scudetto (1981, 1982, 1984, 1986) dan trofi European Cup (1985) serta Winners’ Cup (1984).

Skandal kasus pengaturan skor pertandingan yang dikenal dengan sebutan ‘Totonero’ pada tahun 1980 memaksa kubu Milan terdegradasi ke Serie B bersama Lazio. Kasus ini juga menyeret sejumlah klub Serie A saat itu seperti Perugia, Bologna, Avellino, Taranto dan Palermo yang mendapat hukuman pengurangan poin. I Rossoneri mulai bangkit saat Silvio Berlusconi mengakuisisi klub pada 20 Februari 1986 lalu memunculkan sosok Arrigo Sacchi sebagai allenatore muda berbakat dan trio asal Belanda: Marco van Basten, Frank Rijkaard dan Ruud Gullit dengan pemain andalan lainnya seperti Franco Baresi, Carlo Ancelotti, Mauro Tassotti serta kemunculan dua difensore muda berbakat, Alessandro Costacurta dan Paolo Maldini yang turut menyumbangkan scudetto pada musim 1987-88 dan dua trofi European Cup (1989, 1990). Fabio Capello yang menggantikan Sacchi juga menjadi salah satu pelatih tersukses Milan dengan sumbangan total 12 trofi untuk I Rossoneri.

Di akhir era 1980, Inter yang dilatih Giovanni Trapattoni setelah menyebrang dari Juventus berhasil meraih scudetto pada musim 1988-89 dan trofi Supercoppa Italiana tahun 1989 dengan trio legendaris asal Jerman: Andreas Brehme, Lotthar Matthaeus dan Juergen Klinsmann serta sejumlah pilar lokal seperti Giuseppe Bergomi, Aldo Serena dan Walter Zenga.

Meredupnya Dominasi Karena Skandal Calciopoli

Milan dan Juventus mendominasi di Serie A pada era 1990 dan Inter ‘hanya’ meraih tiga Piala UEFA (1991, 1994, 1998) tanpa sekalipun meraih scudetto meski Presiden Inter, Massimo Moratti telah mendatangkan para pemain berprofil tinggi seperti Paul Ince, Wim Jonk, Youri Djorkaeff, Roberto Carlos, Luiz Nazario de Lima Ronaldo, Roberto Baggio, Christian Vieri, Angelo Peruzzi, Laurent Blanc, Clarence Seedorf, Hernan Crespo dan Fabio Cannavaro. Puasa gelar untuk Inter berakhir pada tahun 2006 saat skandal calciopoli mencuat, yang membuat Juventus harus terdegradasi untuk pertama kalinya ke Serie B dan Milan serta sejumlah klub Serie A seperti Fiorentina, Lazio dan Reggina mendapat hukuman pengurangan poin dan juga denda.

I Nerazzurri selanjutnya mendominasi Serie A dengan gelar scudetto secara beruntun tahun 2006, 2007, 2008 saat Roberto Mancini menangani tim dengan para pemain pilar seperti Javier Zanetti, Esteban Cambiasso, Adriano Leite Ribeiro, Dejan Stankovic, Julio Cesar, Douglas Maicon dan Zlatan Ibrahimovic serta scudetto tahun 2009 dan 2010 saat diarsiteki oleh Jose Mourinho. Puncaknya adalah saat Inter menjadi klub Italia pertama yang meraih treble tahun 2010 lalu saat Diego Milito menjadi pahlawan kemenangan Inter berkat dua gol nya ke gawang Bayern Muenchen.

Namun, sang rival sekota di era 2000 bukannya tanpa prestasi. Milan juga meraih scudetto tahun 2004 juga trofi Liga Champions pada tahun 2003 dan 2007 di bawah kepemimpinan Carlo Ancelotti dengan Paolo Maldini, Alessandro Nesta, Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, Filippo Inzaghi dan Ricardo Kaka sebagai pemain andalannya. Milan lalu kembali memutus dominasi Inter saat meraih scudetto musim 2010-11 dan Supercoppa Italiana 2011.

Transfer Pemain Dan Sebutan San Siro - Stadio Giuseppe Meazza

Perpindahan pemain antara kedua tim pertama kali terjadi saat Luigi Cevenini menyebrang ke Inter di awal musim 1911-1912 setelah sebelumnya bermain semusim bersama Milan. Bersama Inter, Cevenini meraih kesuksesan dengan mencetak total 159 gol dari 189 laga dan menyumbangkan dua scudetto. Namun, sosok yang paling diingat tentu adalah Giuseppe Meazza, attacante flamboyan yang terkenal dengan kehidupan glamor nya yang senang dikelilingi oleh wanita serta champagne. Il Balilla yang menyumbangkan tiga scudetto untuk Inter (1930, 1938 dan 1940) dan satu Coppa Italia (1939). Rekor golnya bersama Inter pun impresif, Meazza mencetak 243 gol dari 365 pertandingan serta menjadi figur sentral saat Timnas Italia menjuarai Piala Dunia 1934 dan 1938 menyebrang ke Milan tahun 1940-1942 dan menyumbangkan sembilan gol dari 37 laga. Meazza lalu pindah ke Juventus, Varese dan Atalanta sebelum akhirnya kembali ke Inter lalu pensiun di akhir musim 1946-47. di era-Moderen pun siliberganti bintang bergiliran membela kedua tim ada yang sinarnya redup di tim awal dan bersinar di tim seberang sebut saja Andrea Pirlo, Claren Seedorf, dan Pemain Baru yang berhasil mendongkrak performa Milan musim ini Mario Balotelli.
Sosok Meazza yang ikonik di kota Milano membuat kedua tim sepakat menamai stadion mereka, San Siro dengan nama resmi ‘Stadio Giuseppe Meazza’ sebagai peghormatan setelah Meazza meninggal dunia pada 21 Agustus 1979. Namun, para Milanisti enggan menggunakan nama tersebut karena menganggap sosok Meazza lebih familiar untuk kubu Inter dan lebih memilih tetap menggunakan nama ‘San Siro’ untuk menyebut stadion tersebut.

Prestasi Dan Statistik Dua Rival Sekota

Secara total, Milan mengungguli Inter dalam koleksi gelar juara dengan perbandingan Milan - Inter:
Scudetto: Milan 18 - Inter 18, Coppa Italia: 5 - 7, Supercoppa Italiana: 6-5, European Cup / Liga Champions: 7 - 3, Winners' Cup: 2 - 0, Piala UEFA 0 - 3, Piala Super Eropa 5 - 0, Piala Interkontinental / Piala Dunia Antar Klub: 4 - 3. Total trofi: 47 - 39.

Meski I Nerazzurri sedikit mengungguli I Rossoneri di ajang Serie A dalam rekor kemenangan dan jumlah gol, secara keseluruhan Milan masih sedikit mengungguli rival sekotanya tersebut dalam rekor pertemuan:











Daftar pencetak gol terbanyak Derby della Madonnina:
















Rekor pertemuan lima pertandingan terakhir:

Milan 3-0 Inter Serie A 2 April 2011
Milan 2-1 Inter Supercoppa Italiana 6 Agustus 2011
Milan 0-1 Inter Serie A 15 Januari 2012
Inter 4-2 Milan Serie A 6 Mei 2012
Milan 0-1 Inter Serie A 7 Oktober 2012

Dengan segala bentuk rivalitas di dalam maupun di luar lapangan, Derby della Madonnina disebut-sebut sebagai partai derby terpanas yang ada di muka bumi ini. Persaingan selama ratusan tahun ditambah dengan segudang prestasi klub maupun individu yang diperoleh kedua tim memperkuat pernyataan tersebut. Apalagi kini baik Inter maupun Milan sama-sama ingin tampil serius demi mengamankan tiga poin dalam perjalanan mereka di Serie A musim ini. Saat ini Milan menghuni peringkat tiga classifica Serie A dengan 44 poin dan hanya berjarak satu poin dari sang rival sekota yang mengoleksi 43 poin.

Februari 17, 2013

Kronologi Sejarah Indonesia ( Bag. IV )


Perang Dunia II dan Revolusi : 1942-1949

1942 27-28 Februari : Pertempuran Laut Jawa
          9 Maret : Pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada Jepang di Kalijati.
         27 Maret : Pasukan Belanda di Sumatera menyerah tanpa syarat

1943 Juni : Jepang memerintakan mendirikan Pasukan Sukarela ( Peta di jawa. Giyugun di Sumatera)

1944 September : Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso mengeluarkan pernyataan yang menjanjikan kemerdekaan Indonesia.
1945 Maret : Jepang membentuk BPUPKI ( Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia )
         Juni : Soekarno merumuskan Pancasila.
         15 Agustus : Jepang menyerah terhadap Sekutu.
         17 Agustus : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
         18 Agustus : Undang Undang Dasar ( UUD 45 ) di sahkan dan Republik Indonesia didirikan
         29 September : Pasukan Sekutu Pertama kalinya mendarat di Jakarta
         5 Oktober : Pembentukan Tentara Indonesia
         10 Oktober : Pasukan Sekutu mendarat di Medan dan Padang
         1 November : Manifesto Politik Republik Indonesia di Umumkan
         10 November : Pertempuran Surabaya
         14 November : Kabinet Parlementer Pertama di Bentuk di bawah Pimpinan Sutan Sjahrir

1946 Januari : Tan Malaka mendirikan Persatuan Perjuangan
          Maret : Tan Malaka dan pengikutnya di tangkap
           April : Perundingan pertama antara Indonesia dengan Belanda di mulai
         15 November : Perjanjian Linggar Jati di sepakati ; Pasukan Inggris meninggalkan Indonesia
        24 Desember : Negara Republik Indonesia Timur didirikan

1947 Maret : Komite Nasional Indonesia mengesahkan Perjanjian Linggar Jati
          21 Juli : Aksi Polisionil / Agresi Militer Belanda pertama di mulai

1948 17 Januari : Perjanjian Renville di tandatangani
          Septemaber : Pemberontakan PKI Madiun di mulai dan dan di hancurkan
         19 Desember : Aksi Polisionil / Agresi Militer Belanda kedua di mulai
        22 Desember : Pemerintahan Darurat / PDRI di bentuk di Bukittinggi Sumatera Barat.

1949 14 April : Para pimpinan Repubilk dan Belanda memulai perundingan
          7 Mei : Perjanjian Roeem-Roijen di capai
         6 Juli : Pemerinta Republik Kembali ke Yogyakarta
         13 Juli : Pemerintah PDRI mengembalikan Mandatnya
        7 Agustus : Pergerakan Darul Islam memproklamasikan Negara Islam
       23 Agustus : Konfrensi Meja Bundar dimulai di Den Haag
       27 Desember : Penyerahan kedaulatan kecuali Papua Barat

Februari 16, 2013

METODE PENELITIAN SEJARAH (METODE SEJARAH)

Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya. Dengan kata lain, metode penelitian sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history as past actuality) menjadi sejarah sebagai kisah (history as written). Dalam ruang lingkup Ilmu Sejarah, metode penelitian itu disebut metode sejarah.

Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian, pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana). Pertanyaanpertanyaan itu konkretnya adalah: Apa (peristiwa apa) yang terjadi? Kapan terjadinya? Di mana terjadinya? Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu? Mengapa peristiwa itu terjadi? Bagaimana proses terjadinya peristiwa itu?

Dalam proses penulisan sejarah sebagai kisah, pertanyaan-pertanyaan dasar itu dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang perlu diungkap dan dibahas. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus menjadi sasaran penelitian sejarah, karena penulisan sejarah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi (kejelasan) mengenai signifikansi (arti penting) dan makna peristiwa.

PROSES PENELITIAN SEJARAH

2.1 Pemilihan Topik Penelitian

Suatu penelitian ilmiah tentu berawal dari pemilihan topik yang akan diteliti. Dalam bidang sejarah, topik penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan.

a) Topik itu harus menarik (interesting topic), dalam arti menarik sebagai obyek penelitian. Dalam hal ini termasuk adanya keunikan (uniqueness topic).

b) Substansi masalah dalam topik harus memiliki arti penting (significant topic), baik bagi ilmu pengetahuan maupun bagi kegunaan tertentu.

c) Masalah yang tercakup dalam topik memungkinkan untuk diteliti (manageable topic). Persyaratan ini berkaitan dengan sumber, yaitu sumber-sumbernya dapat diperoleh.

Meskipun topik sangat menarik dan memiliki arti penting, namun bila sumber-sumbernya, khususnya sumber utama tidak diperoleh, masalah dalam topik tidak akan dapat diteliti. Oleh karena itu calon peneliti harus memiliki wawasan luas mengenai sumber, khususnya sumber tertulis.

2.2 Studi Pendahuluan

Setelah topik penelitian ditentukan, segera lakukan studi pendahuluan. Cari sumber-sumber acuan utama, yaitu sumber-sumber yang diduga memuat data atau informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dengan menelaah sumber-sumber acuan utama secara efektif, peneliti akan dapat memahami ruang lingkung penelitian, baik ruang lingkup masalah maupun ruang lingkup temporal (waktu) dan spasial (tempat/wilayah) obyek penelitian.

Ruang lingkup penelitian itu kemudian dituangkan dalam rencana kerangka tulisan (laporan penelitian). Sementara itu, telaah pula bibliografi/daftar pustaka pada setiap sumber acuan utama yang berupa buku ilmiah. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat tambahan informasi sumbersumber yang diduga memuat data tentang masalah yang akan diteliti. Catat identitas sumber-sumber itu menjadi bibliografi kerja.

2.3 Implementasi Penelitian

Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah (penulisan hasil
penelitian).

2.3.1 Heuristik

Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber. Berdasarkan bentuk penyajiannya, sumber-sumber sejarah terdiri atas arsip, dokumen, buku, majalah/jurnal, surat kabar, dan lain-lain. Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa terjadi. Sumber sekunder adalah sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa. Peneliti harus mengetahui benar, mana sumber primer dan mana sumber sekunder. Dalam pencarian sumber sejarah, sumber primer harus ditemukan, karena penulisan sejarah ilmiah tidak ukup hanya menggunakan sumber sekunder. Agar pencarian sumber berlangsung secara efektif, dua unsur penunjang heuristik harus diperhatikan.

a) Pencarian sumber harus berpedoman pada bibliografi kerja dan kerangka tulisan. Dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang tersirat dalam kerangka tulisan (bab dan subbab), peneliti akan mengetahui sumbersumber yang belum ditemukan.

b) Dalam mencari sumber di perpustakaan, peneliti wajib memahami sistem katalog perpustakaan yang bersangkutan.

2.3.2 Kritik Sumber

Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber yang diperlukan? Apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu? Dengan kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber.

Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan.

2.3.3 Interpretasi

Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.

2.3.4 Historiografi

Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.

Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.

a) Bahasa yang digunakan harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Kaya ilmiah dituntut untuk menggunakan kalimat efektif.

b) Merperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca, penggunaan istilah, dan penujukan sumber.

c) Istilah dan kata-kata tertentu harus digunakan sesuai dengan konteks permasalahannya.

d) Format penulisan harus sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku, termasuk format penulisan bibliografi/daftar pustaka/daftar sumber.

Kaidah-kaidah tersebut harus benar-benar dipahami dan diterapkan, karena kualitas karya ilmiah bukan hanya terletak pada masalah yang dibahas, tetapi ditunjukkan pula oleh format penyajiannya.

Kesimpulan

Penelitian sejarah harus dilandasi atau berpedoman pada kaidah-kaidah metode sejarah. Jika tidak, penelitian itu hanya akan menghasilkan tulisan sejarah semi ilmiah atau bahkan sejarah populer. Oleh karena itu calon peneliti sejarah harus memahami kaidah-kaidah metode sejarah dan mampu mengimplementasikannya, agar penelitian itu menghasilkan karya sejarah ilmiah.

Penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi mengenai permasalahan yang dibahas. Eksplanasi itu diperoleh melalui analisis. Untuk mempertajam analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode dan teori sejarah perlu ditunjang oleh teori dan/atau konsep ilmu-ilmu sosial yang relevan (sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dll.). Dengan kata lain, penulisan sejarah yang dituntut memberikan eksplanasi mengenai masalah yang dibahas, perlu dilakukan secara interdisipliner dengan menggunakan pendekatan multidimensional (multidimensional approach). Hal itu sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai ilmu.

Oleh karena itu, penelitian sejarah dan hasilnya dapat membantu penelitian dan pengembangan kebudayaan. Sejarah mengkaji aspek-aspek kehidupan manusia di masa lampau, termasuk kebudayaan.


Sumber ;
Materi penyuluhan dalam "Workshop Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan; Penulisan Karya Ilmiah dan Perekaman Data" tanggal 12-14 Februari 2008 yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, kerjasama dengan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Blog Themes | Bloggerized by andri pradinata - Gold Blogger Themes | AP14