Pada awal abad XVI Bangsa Eropa mulai menjelajahi kawasan Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia yang pada zaman tersebut mungkin nama Indonesia bukanlah nama dari kawasan tersebut, biasanya sering disbut Nusantara oleh rakyat Indonesia zaman dahulu. Pada abad XV bangsa Portugis merupakan salah satu bangsa yang mencapai kemajuan di bidang teknologi. Salah satunya adalah membuat kapal untuk menyebrangi luasnya samudra untuk meluaskan daerah kekuasaan mereka. Dengan alasan untuk menguasai impor rempah-rempah di kawasan Eropa, bangsa Portugis mencari daerah kawasan penghasil rempah-rempah terbaik. Saat itu rempah-rempah menjadi kebutuhan yang vital bagi bangsa Eropa. Selama musim dingin di Eropa, tidak ada salah satu cara pun yang dapat di jalankan untuk mempertahankan agar semua hewan-hewan ternak dapat tetap hidup. Kerena itu banyak hewan ternak yang disembelih dan dagingnya kemudian harus di awetkan. Untuk itulah diperlukan sekali banyak garam dan rempah-rempah.
Salah satu
rempah-rempah yang berharga adalah Cengkeh dari Indonesia Timur. Indonesia juga
menghasilkan lada, buah pala, dan bunga pala. Kekeyaan alam nusantara menjadi
daya tarik Portugis untuk mengambil kekayaan sumber daya alam yang ada sehingga
dapat menguasai pasar rempah-rempah di Eropa.
Masa Penjajahan Portugis
Pada bulan April 1511, Albuquerque melakukan pelayaran dari Goa menuju Malaka dengan kekuatan kira-kira 1200 orang dan 17 buah kapal. Peperangan pecah segera setelah kedatangannya dan berlangsung terus secara sporadis sepanjang bulan Juli hingga awal Agustus. Pihak Malaka terhambat oleh pertikaian antara Sultan Mahmud dan putranya, Sultan Ahmad yang baru saja diserahi kekuasaan atas negara namun dibunuh atas perintah ayahnya.
Malaka akhirnya berhasil ditaklukan oleh Portugis. Albuquerque menetap di Malaka sampai bulan November 1511, dan selama itu dia mempersiapkan pertahanan Malaka untuk menahan setiap serangan balasan orang-orang Melayu. Dia juga memerintahkan kapal-kapal yang pertama untuk mencari Kepulauan Rempah.
Pada awalnya bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada tahun 1512 dengan Kerajaan Sunda di Parahyangan, dimana Portugis diperbolehkan membangun benteng di wilayah Sunda Kelapa. namun perjanjian koalisi tersebut gagal akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan Islam di Jawa, seperti Demak dan Banten.
Bangsa Portugis
mengalihkan perhatiannya ke Kepulauan Maluku, yang terdiri atas berbagai
kumpulan negara yang awalnya berperang satu sama lain. Melalui penaklukan
militer dan persekutuan dengan penguasa setempat, Portugis mendirikan pos,
benteng, dan misi perdagangan di Indonesia Timur, termasuk Pulau Ternate,
Ambon, dan Solor, berikut Periode Kejayaan dan pendudukan Portugis di
Nusantara:
- Pada 1511-1526, Nusantara
menjadi pelabuhan maritim penting bagi Bangsa Portugis, yang secara rutin
menjadi rute maritim untuk menuju
Pulau Maluku, Jawa, Sumatera dan Banda.
- Pada 1511 Portugis menaklukkan
Kerajaan Malaka.
- Pada 1512 Portugis menjalin
Hubungan dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani perjanjian dagang.
Perjanjian dagang ini kemudian diimplementasikan pada tanggal 21 Agustus
1522 dalam bentuk dokumen kontrak. Pada hari yang sama dibangun juga
sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Portugal-Sunda. Dengan
perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun benteng
dan gudang di Sunda Kelapa.
- Pada 1512 juga Afonso de
Albuquerque mengirim Franscisco Serrao serta Antonio
Albreu untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal
rempah-rempah di Maluku. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing
di bawah pimpinan Franscisco Serrao serta Antonio
Albreu, mendarat di Kepulauan Penyu
dan Kepulauan Banda. Setelah mereka menjalin
persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan
Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis mendapat izin untuk mendirikan
benteng di Pikaoli. Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berjalan
lama, sebab Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan
penyebaran agama Kristen. Pertemanan Portugis dan Ternate berakhir pada
tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah berlangsung selama 5 tahun
(1570-1575), membuat Portugis harus menyingkir dari Ternate dan terusir ke
Tidore dan Ambon. Kemudian Perlawanan rakyat Maluku akan Portugis digunakan
Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku.
- Pada 1605, Belanda berhasil
membuat Portugis menyerahkan pertahanannya di Tidore kepada Cornelisz
Sebastiansz dan di Ambon kepada Steven van der Hagen. Demikian pula
benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda.
Sejak itu Belanda dapat menguasai sebagian besar wilayah Maluku. Kedudukan
Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada 1602, kemudian
sejak itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku.
Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada Portugis. Salah satu perlawan yang terkenal ialah perlawan Fatahillah yang berasal dari Demak di Sunda Kelapa (Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu bangsa Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527. Kemudian oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta, berikut beberapa perlawanan rakyat nusantara terhadap Portugis:
Perlawanan Rakyat
Maluku terhadap Portugis
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku hal itu karena rakyat maluku merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah. Pada 1570, Sultan Hairun memimpin rakyat Ternate menjalankan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun berkat kelicikan Portugis Sultan Hairun akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya perlawanan dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis kemudian dapat diusir dari maluku dan kemudian bermukim di Pulau Timor.
Perlawanan rakyat
Aceh terhadap Portugis
Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.
Perlawanan Rakyat
Malaka terhadap Portugis
Pada 1511, dipimpin oleh Albuquerque armada Portugis menyerang Kerajaan Malaka. Saat itu perlawanan rakyat terhadap kolonial Portugis di Malaka mengalami kegagalan sebab kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat dari Rakyat Malaka. Pada 1527, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Sunda Kelapa, Banten dan Cirebon. kala itu Portugis dapat ditumpas oleh Fatahillah dan kemudian Fatahillah merubah nama Sunda Kelapa jadi Jayakarta yang memiliki makna kemenangan besar.
Perlawanan Rakyat
Minahasa terhadap Portugis
Perjuangan perlawanan
Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari tahun
1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat
mengusir Portugis.
Pengaruh
Bangasa Portugis di Indonesia
Selama berada di
Maluku, orang-orang Portugis meninggalkan beberapa pengaruh kebudayaan mereka
seperti balada-balada keroncong romantis yang dinyanyikan dengan iringan gitar
berasal dari kebudayaan Portugis. Kosa kata Bahasa Indonesia juga ada yang
berasal dari bahasa Portugis yaitu pesta, sabun, bendera, meja, Minggu, dll.
Hal ini mencerminkan peranan bahasa Portugis disamping bahasa Melayu
sebagai lingua francadi seluruh pelosok nusantara sampai awal abad XIX.
Bahkan di Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasal dari
Portugis seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodriguez, da
Silva, dll. Pengaruh besar lain dari orang-orang Portugis di Indonesia yaitu
penanaman agama Katolik di beberapa daerah timur di Indonesia.
Masa
Penjajahan Spanyol
Tibanya portugis di indonesia membuat bangsa eropa lain bergerak mencari keuntungan. Keberhasilan Portugis mendorong bangsa Eropa yang lain untuk ikut mencari untung. Seandainya Portugis lebih memusatkan perhatian di Ternate, Spanyol lebih tertarik bersekutu dengan Tidore. Kemudian persaingan pun terjadi di daerah Maluku.
Spanyol memilih untuk
membangun benteng di tidore. Pembangunan benteng membuat persaingan semakin
memanas. Dan pada tahun
1527 terjadilah pertempuran antara Ternate dengan bantuan Portugis melawan
Tidore yang dibantu oleh Spanyol. Benteng yang dibangun Spanyol di Tidore
dapat dirampas oleh persekutuan Portugis dan Ternate. Dan pada tahun 1534 spanyol dan portugis menyepakati
diadakan perjanjian Zaragoza, diadakannya perjanjian Zaragoza karena kedua belah pihak menyadari dampak
negatif yang ditibukan sangat besar akibat persaingan itu. isi perjanjian itu
antara lain:
- Maluku
menjadi daerah portugis untuk berkegiatan
- Spanyol harus meninggalkan portugis dan memusatkan diri di Filipina
Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam melaksanakan monopoli perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi untuk menanamkan kekuasaan di Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate kemudian menentang penuh kebijakan Portugis tersebut.
Setalah perjanjian
Zaragoza Spanyol memindahkan pusat pemerintahan di Indonesia ke Sulawesi Utara di
wilayah Manado dan Minahasa. Minahasa memegang peranan sebagai
lumbung beras bagi Spanyol ketika melakukan usaha penguasaan total terhadap
Filipina.
Pergerakan
Mengusir Penjajahan lawan Spanyol
Minahasa juga pernah
berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617 dan berakhir tahun 1645.
Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap orang-orang Minahasa,
terutama dalam hal perdagangan beras, sebagai komoditi utama waktu itu. Perang
terbuka terjadi nanti pada tahun 1644-1646. Akhir dari perang itu adalah
kekalahan total Spanyol, sehingga berhasil diusir oleh para waranei (ksatria-ksatria
Minahasa).
Sumbar :
http://www.markijar.com/2016/08/4-masa-penjajahan-negara-asing-di.html
https://insulinda.wordpress.com/2015/09/08/penjajahan-bangsa-portugis-dan-spanyol-di-indonesia/
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/portugis.html
0 komentar:
Posting Komentar