Setelah
lama tinggal dan lahir di kota Pagaralam mungkin baru ini tergerak untuk
menulis sedit tentang salah satu tokoh ini. mingkin yang berada di kawasan
Lahat maupun kota Pagaralam mungkin tidak asing lagi dengan nama tokoh yang
saya maksud ini yakni Kolonel H Barlian yang banyak di pakai sebagai nama jalan Protokol di wilaya tersebut atau yang banyak bertuliskan atas nama
Kolonel H Burlian yang juga tercantum sebagai nama jalan di wilaya kota
Palembang ( KM.5 - KM 10 ).
Untuk
saat ini belum banyak sumber yang bisa diperoleh. Namun ada beberapa catatan yang
tertinggal di Museum Monpera Palembang mengenai tokoh
tersebut. seperti yang tercantum dibawah ini :
Kol
Barlian. Ia dilahirkan di Tanjung Sakti, Pagaralam, 23 Juli 1922. Orang tuanya
H Senapi merupakan orang terpandang di Tanjung Sakti. H Senapi yang diberi
gelar Pembarap merupakan adik Pangeran Kenawas. Dalam susunan keluarga, Barlian
merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara.
Menamatkan
HIS di Bengkulu (1937) dan masuk MULO di Malang dan lulus 1941. Sempat
melanjutkan ke Sekolah Dagang di Bandung, tapi putus tahun 1942 karena meletus
perang Asia Timur Raya. Pernah bekerja di kantor Residen Bengkulu sebagai calon
wedana, hingga 1943. Pada masa pendudukan Jepang, ia masuk Sekolah Opsir Gyugun
(Sumatera Kambu Gyugun).
Tahun
1945, ia mengepalai Badan Keamanan Rakyat (BKR) di daerah Bengkulu. Pada waktu
yang sama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat mayor. 1946
memimpin perlawanan bersama pemuda dan rakyat terhadap pasukan Jepang di daerah
Curup (Kepahyang) dan sekitarnya.
Kembali
ke Bengkulu tahun 1946 dan menjadi komandan Resimen Divisi I Sumatera Selatan.
"Menurut cerita, naik pangkat menjadi kolonel dan menjabat komandan Divisi
Garuda I Sumatera Bagian Selatan di Lahat," ujarnya. Setelah Divisi Garus
I dan II disatukan lagi di bawah kepemimpinan Letkol Bambang Utoyo 1947, ia
menjabat kepala staf umum Divisi Garuda Sumbagsel, termasuk Jambi.
Juni
1948, setelah agresi militer Belanda I, dengan diadakan penyusunan kekuatan
kembali, ia berpangkal letkol, dipercaya menjadi komandan Brigade Emas di
Bengkulu. Jelang agresi militer Belanda II, menjadi wakil gubernur militer di
Bengkulu, 1950, menjabat asisten kepala staf Q (logistik) di Markas Besar AD. 1951-1952,
menyelesaikan Sekolah Staf dan Komandan AD (SSKAD) angkatan I. Lalu dipercaya
menjabat sekretariat Logistik Gabungan Kepala-Kepala Staf (GKS) Kementerian
Pertahanan pada tahun 1953-1954. Lalu menjadi pembantu Asisten Urusan
Perbendaharaan Mabes AD.
"Disebutkan
dalam buku itu, atas permintaan sendiri, non aktif menjadi TNI karena
dicalonkan oleh Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) Sumsel sebagai
anggota DPRD pada konstituante Juli hingga Desember 1955", tutur Adenan.
1 Maret 1956, aktif kembali dan menjadi kepala Staf Komando Teritorium II
Sriwijaya di palembang. Pada 1958 menjadi panglima. Ketika terjadi pergolakan,
31 desember 1958, ia dipindahkan ke Jakarta karena statemennya yang tidak
menginginkan Daerah Teritorium II Sriwijaya dijadikan tempat pertumpahan darah
yang bisa menimbulkan perpecahan.
Letkol
Barlian kemudian meletakkan jabatan dan mendapatkan hak pensiun dengan
pangkat terakhir kolonel", beber Adenan. Pada 1966-1967, menjadi anggota
MPRS di Jakarta. Ia meninggal 24 September 1975, dalam status sebagai seorang
purnawirawan TNI. Tepatnya dalam sebuah musibah pesawat terbang milik GIA jenis
Fokker 28 "Mahakam" di kawasan Km 14 Palembang.