Mei 09, 2011

Caroline ( Negara Federasi Mikronesia )

Letak Geografis

Caroline adalah wilayah kepulauan yang termasuk dalam wilaya Negara Federasi Mikronesia. Berada di barat Samudera Pasifik atau tepatnya di sebelah utara New Guinea. Negara Federasi Mikronesia (FSM) terdiri dari 607 pulau memperluas 1.800 mil di seluruh kepulauan di Kepulauan Caroline timur Filipina. Keempat negara adalah kelompok pulau dari Yap, Chuuk (disebut Truk sampai Januari 1990), Pohnpei (disebut Ponape sampai November 1984), dan Kosrae. Pertumbuhan penduduk tetap tinggi di lebih dari 3%, tetapi penduduk dari empat negara tetap hampir konstan karena emigrasi. Sebagian besar terdiri dari pulau-pulau yang rendah, datar atol karang , namun beberapa naik tinggi di atas permukaan laut.

Kependuduk

Nenek moyang bangsa Mikronesia telah berada di kepulauan Caroline lebih dari 4,000 tahun yang lalu. Kelompok-kelompok yang dipimpin oleh seorang kepala suku secara bertahap bergabung dengan kerajaan yang lebih memiliki sistem ekonomi dan agama yang lebih terpusat di Yap.

Penduduk asli berbicara berbagai bahasa Mikronesia termasuk Yap , Pohnpeia , Chuuke , Carolinian dan Kosraean , serta Barat Melayu-Polinesia bahasa Palauan. Populasi penting lainnya termasuk Filipina dan Jepang . Penduduk asli hidup terutama oleh hortikultura dan memancing, juga melengkapi diet mereka dengan berbagai varietas pisang dan talas , baik dari "rawa" atau "ungu" varietas. Pada beberapa perumahan pulau terus dibangun dengan bahan lokal termasuk ilalang kelapa. Bahasa yang diucapkan dalam perdagangan adalah bahasa Inggris, tetapi ada beberapa bahasa asli. Mereka tradisional percaya pada Agung Menjadi (Yalafar) dan dalam roh jahat (Bisa), namun mereka hampir tidak ada ritual keagamaan. Karena luas misionaris bekerja, Kristen adalah agama utama dipraktekkan di kawasan ini Mikronesia

Kolonialisasi bangsa barat dan kedatangan Jepang

Penjelajah Eropa yang pertama datang adalah Portugis yang sedang dalam perjalanan mencari rempah-rempah ke Indonesia dan disusul oleh Spanyol yang mendarat di Kepulauan Carolina pada abad ke-16. Butuh waktu sekitar lima persinggahan oleh lima kapal Eropa berbeda sebelum nama "Islas de Carolina" digunakan untuk merujuk pada bentangan pulau-pulau terletak di sebelah selatan Guam. Nama tersebut akhirnya terjebak ketika pada 1686, seorang Spanyol bernama Francisco Lazcano, nama mereka setelah Raja Charles II dari Spanyol yang mendanai ekspedisi.

Beberapa pelancong Barat kemudian mengunjungi beberapa pulau-pulau, tapi kunjungan awal misionaris (1732) menghasilkan salah satu serangan beberapa pembunuh para pendatang baru, dan hanya pada tahun 1875 melakukan Spanyol, mengklaim kelompok, membuat beberapa usaha untuk menyatakan hak-haknya.
Kepulauan Caroline selanjutnya ditempatkan di bawah Hindia Timur Spanyol, dikelola dari Filipina. Jerman, yang diduduki Yap, membantah klaim Spanyol, dan masalah pergi ke arbitrase Paus Leo XIII pada tahun 1885. Para Spanyol tidak menempati setiap pulau secara resmi sampai 1886.

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1899 di Perjanjian Jerman-Spanyol (1899), sebagai akibat Perang Spanyol-Amerika tahun 1898, Spanyol dijual pulau-pulau ke Jerman untuk peseta 25.000.000 (hampir £ 1.000.000 sterling), yang diberikan mereka sebagai Karolinen, administratif yang terkait dengan Jerman New Guinea.
Selama Perang Dunia II, Jepang memiliki basis besar di Truk Lagoon, dimana Sekutu efektif dinetralisasi dalam Operasi batu hujan es. Setelah perang, pulau-pulau menjadi wilayah kepercayaan dari Amerika Serikat, akhirnya mendapatkan kemerdekaan (1986 / 1994).

Kemerdekaan Caroline

Negara Federasi Negara Mikronesia (NFM) dibentuk pada tahun 1978 melalui hasil referendum masyarakat di 4 (empat) distrik Trust Territory of the Pacific Island (TPPI) yaitu Truk (Chuuk), Yap, Ponape (Pohnpei), dan Kusaie (Kosrae). Berdasarkan konstitusi NFM yang diberlakukan pada tahun 1979, keempat distrik tersebut selanjutnya menjadi negara bagian (states) NFM yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur (Governor of States). NFM menjadi merdeka secara penuh, setelah penandatanganan perjanjian hubungan tidak mengikat dengan AS pada tahun 1986, dan berlaku sepenuhnya pada bulan Juni 2004.
Secara demografi, sampai dengan bulan Juli 2005, Jumlah penduduk NFM adalah 108,105 orang. Berdasarkan etnik penduduk NFM terdiri dari; Chuukese/ Mortlockese 52,197 Pohnpeian 25,904 Kosraean 6,682 Yapese 5,516 Kepulauan Yap Outer 4,849 Polynesian 1,582 Asian 1,914 White 537 Lain-lain 6,326.

Sebagai besar penduduk NFM adalah pemeluk agama Katolik Roma (50 persen) dan Protestan (47 persen). Agama Katolik dan Protestan ini dibawa oleh apra petualang dan penjelajah Eropa yang berhasil menguasai wilayah ini selama lebih dari 300 tahun.

NFM menganut sistem Pemerintahan Konstitusional dengan hubungan tidak mengikat dengan AS, yang berlaku sejak tanggal 3 November 1986, dengan peralihan secara penuh berlaku sejak bulan Mei 2004. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh kongres dari empat senator untuk masa 4 tahun, pemilihan diadakan setiap tanggal 11 Mei, dengan pemilihan terakhir diadakan tanggal 11 Mei 2003 dan pemilihan umum berikutnya akan didakan pada bulan Mei 2007. Presiden Joseph J. Urusemal yang menjabat saat ini sebelumnya adalah anggota Konggres dari wilayah dari negara bagian Yap. Sedangkan Wakil Presiden Redley Killion adalah anggota Kongres dari negara bagian Chuuk.

Aktivitas ekonomi NFM dititikberatkan pada sektor pertanian serta perikanan dan turunannya. Negara kepulauan ini memiliki sedikit persediaan mineral yang bisa dieksplorasi, kecuali untuk pospat bernilai tinggi. Potensi untuk industri pariwisata ada, namun karena terletak di wilayah yang cukup terpencil, tidak dilengkapi dengan sarana yang memadai dan hubungan pesawat yang terbatas dan sulit untuk dikembangkan. Hubungan kuat yang tidak mengikat dengan AS, memberikan jaminan pada NFM bantuan senilai jutaan dollar sampai dengan tahun 2023, dan membentuk Dana Jaminan yang menyebabkan AS dan NFM dapat menyediakan kontribusi tahunan pada NFM untuk menyediakan pembayaran tahunan NFM tanpa jangka waktu setelah tahun 2023.

Situasi ekonomi Mikronesia untuk jangka menengah terlihat sangat rentan, yang disebabkan tidak hanya oleh pengurangan bantuan AS, namun juga pertumbuhan yang lambat dari sektor swasta. Isolasi geografis and pembangunan infrastruktur yang sangat buruk, masih menjadi hambatan untuk pertumbuhan jangka panjang

Hubungan Indonesia – Carolina

Hubungan bilateral Indonesia – Mikronesia berjalan dengan baik semenjak dibukanya hubungan diplomatik pada tanggal 16 Juli 1991. Hubungan dengan Mikronesia selama ini berjalan baik dan lebih ditujukan untuk keperluan politis dalam hal saling memberikan dukungan kepada calon atau posisi negara masing-masing di forum PBB. Kontak antara RI dan Mikronesia lebih banyak dilakukan oleh kedutaan besar negara masing-masing di Tokyo.

Dalam kegiatan saling mendukung di forum internasional, Mikronesia biasanya tidak berkeberatan untuk diminta memberikan dukungan kepada posisi Indonesia sebagai sesama kelompok Asia. Mikronesia tercatat tidak pernah memberikan dukungan kepada kelompok separatis di Indonesia.

Dari aspek hubungan ekonomi tidak terdapat masalah-masalah yang menonjol dalam hubungan bilateral ekonomi RI-Mikronesia kecuali dalam rangka kerjasama teknik Selatan-Selatan. Pada tahun 1995, Presiden Mikronesia pernah berkunjung ke Indonesia dan dalam kesempatan itu kedua pihak menandatangani Basic Agreement on Economic and Technical Cooperation.

Saat ini, hubungan yang paling sering dilakukan adalah penanganan masalah pelaut Indonesia yang kerap kali terdampar di Mikronesia. Pelaut-pelaut tradisional tersebut terbawa oleh arus hingga terdampar atau tertolong oleh kapal-kapal yang beroperasi di wilayah Mikronesia. Selain itu, Hingga tahun 2005 diperkirakan terdapat sekitar 150 orang pelaut Indonesia yang bekerja pada kapal-kapal penangkap ikan di Mikronesia.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Blog Themes | Bloggerized by andri pradinata - Gold Blogger Themes | AP14