Belajar
tidak selamanya bersentuhan dengan hal - hal yang kongkrit, baik dalam konsep
maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan
hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik realitasnya. Karena
itu media memiliki andil untuk menjelaskan hal - hal yang abstrak dan
menunjukan hal - hal yang tersembunyi. Ketidak jelasan atau kerumitan bahan
ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam
hal - hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan
materi pelajaran. Namun perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat
apabila penggunaanya tidak sejalan dengan esensi tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Karena itu tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan
untuk menggunakan media. Manakala diabaikan maka media bukan lagi sebagai alat
bantu pengajaran tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien.
Sebagai
pentingnya peran media dalam pengajaran, namun tetap tidak bisa menggeser peran
guru, karena media hanya berup alat bantu yang memfasilitasi guru dalam
pengajaran. Oleh karena itu guru tidak dibenarkan menghindar dari kewajibannya
sebagai pengajar dan pendidik untuk tampil di hadapan anak didik dengan seluruh
kepribadiannya.
Dalam proses belajar mengajar ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainaya tujuan pembelajaran diantaranya pendidik, peserta didik, lingkungan, metode/teknik serta media pembelajaran. Pada kenyataannnya, apa yang terjadi dalam pembelajaran seringkali terjadi proses pengajaran berjalan dan berlangsung tidak efektif. Banyak waktu, tenaga dan biaya yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar tidak dapat tercapai bahkan terjadi noises dalam komunikasi antara pengajar dan pelajar. Hal tersebut diatas masih sering dijumpai pada proses pembelajaran selama ini.
Dengan adanya media pembelajaran maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai media pembelajaran. Dengan tersedianya media pembelajaran, guru pendidik dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat diantara peserta didik. Bahkan alat/media pembelajaran ini selanjutnya dapat membantu guru membawa dunia luar ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing (remote) sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Bila alat/media pembelajaran ini dapat di fungsikan secara tepat dan proforsional, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan efektif.
Begitu juga di indonesia seiring perkembangan zaman dan perkembangan Indonesia untuk menyaingi pesetnya perkembangan di dunia maju. Di butuhkan pemanfaatan media secara optimal di dukung tenaga kerja yang handal untuk mengimbangi deresnya moderisasi.
Pendidikan di Indonesia
Dalam
setiap olimpiade pendidikan internasional, delegasi pelajar Indonesia selalu
dapat meraih sebuah medali untuk dibawa pulang. Hal tersebut menandakan bahwa
dalam ajang tersebut Indonesia tidak pernah lebih rendah dari peringkat 30
dunia. Namun tahukah Anda, dengan tingginya prestasi tersebut, pendidikan
Indonesia hanya berada di peringkat 187 dunia? Hal ini tentu menunjukkan sebuah
ketimpangan. Padahal dalam tinjauan perannya, menurut Profesor Canedy,
sebuah pendidikan di suatu negara adalah sebagai alat untuk meningkatkan
kesejahteraan dan memajukan peradaban bangsa dalam jangka yang
berkesinambungan. Untuk itulah saya di sini hendak menyampaikan sebuah
pembahasan Kedudukan dan Peluang Pendidikan Indonesia dalam Tarik Ulur
Peradaban Bangsa-Bangsa di Dunia.
Berdasarkan
data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden
Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang
diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau
education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934.
Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI
dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80,
sedangkan kategori rendah di bawah 0,80.
·
Angka
partisipasi pendidikan dasar,
·
Angka
melek huruf pada usia 15 tahun ke atas,
·
Angka
partisipasi menurut kesetaraan jender,
·
Angka
bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD).
Di
tingkat Asia Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang
berada di peringkat ke-34. Brunai Darussalam masuk kelompok pencapaian tinggi
bersama Jepang, yang mencapai posisi nomor satu Asia. Adapun Malaysia berada di
peringkat ke-65 atau masih dalam kategori kelompok pencapaian medium seperti
halnya Indonesia.Meskipun demikian posisi Indonesia saat ini masih jauh lebih
baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).
Dalam
Republika Online di babarakan 7 faktor yang membuat Mutu Pendidikan di
Indonesia masih saja tergolong randah yakni ;
1.
Pembelajaran yang hanya pada buku paket
Di
indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir
setiap mentri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum baru. Namu adakah
perubahan yang terjadi di pendidikan di Indonesia ? tidak, karena sejak dulu
sampai sekarang masih menggunakan kurikulum buku paket. Sejak era 60-70an,
pembelajaran di sekolah tidak jauh dari sebelumnya. Apa pun kurikulumnya guru
hanya mengenal buku paket menjadi acuan dan guru todak mencari referensi lain.
2.
Mengaajar satu arah
Metode
yang menjadi favorit guru hanya satu, yaitu metode ceramah satu arah. Karena
berceramah itu mudah ringan dan tanpa modal dan tanpa persiapan yang rumit.
Metode ceramah itu yang paling banyak di lakukan guru dan itulah metode yang
paling banyak di kuasai oleh para Guru-guru. Pernakah guru mengajak anak
keliling sekolah untuk belajar ? pernakah guru mengajak ssiswanya melakukan
percobaan alam di lingkungan sekitar ? atau guru pernah membawa ilmuan langsung
detang ke kelas untuk menjalankan profesinya ?
3.
Kurangnya sarana belajar
Sebenaranya,
perhatian pemerintah ini sudah cukup, namun masih kurang cukup. Masih banyak
saran belajar di sekolah terutama di dearah, tertinggal jauh terutama dengan
daerah perkotaan.
4.
Aturan yang mengikat
Ini
tentang Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP). Skolah harus memeliki
kurikulum tersendiri sesuai dengan karektristiknya.
5.
Guru tidak menanamkan diskusi dua arah
Lihat
pembelajaran di ruang kelas. Seperti sudah diseragamkan. Anak-anak duduk rapi
tangan dilipat dimeja, mendengar guru mengajar. Seolah anak-anak “Dipaksa”
mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada
sekolah yang menerapakan full day. Anak di ajarkan menyimak dan mendengar
penjelasan guru dan kompetensi bertanya tidak tersentu. Anak-anak di ajarkan
sejak TK diam saat guru menerangkan,untuk mendengarkan guru. Akibatnya siswa
tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak di biasakan bertanya, akibatnya anak
tidak berani bertanya. Selesai mengajar,guru meminta anak bertanya. Heninglah
suasana kelas dan yang biasa bertanya anak itu itu saja.
6.
Metode pertanyaan terbuka tidak di pakai
Contoh
negara menggunakan pertanyaan terbuka adalah Finlandia ( Negara dengan mutu
Pendidikan no.1 Dunia ). Dalam setiap ujian siswa boleh menjawab soal dengan
membaca buku. Guru di Indonesia masih belum siap untuk ini karna masih
kesulitan menciptakan pertanyaan terbuka.
7.
Budaya mencontek
Siswa
mencontek itu biasa terjadi. Tapi apa kita tahu kalau “guru juga menyontek” ?
ini lebih parah, lihat pada tes-tes yang di ikuti guru, tes pegawai negri yang
di ikuti guru. Menyontek menjadi Budaya tersendiri.
Untu
adalah sekelimit masalah yang di hadapi di dunia pendidikan di Indonesi, tapi
apa hubungan hal tersebutdengan makalah kali ini, disini saya akan membahas
pada poin 3 yakni sarana belajar yang melibatkan media-media belajar untuk
dapat mengejar dan memperbaiki mutu pendidikan di Negeri ini.
Kesiapan
Indonesia dengan tuntutan perkembangan zaman
Di
ulasan sebelumnya sedikit di ceritakan bagai mana gambaran pendidikan di
Indonesia ini. Sesuai dengan judul makah yakni
“pentingnya media pembelajaran di indonesia” penjaban hal di atas hanya
salah satu pentingnya media belajar untuk mendukung kekurangan yang terjadi di
Indonesia terutama ketimpangan yang terjadi di pendidikan Kota-dearah dalam bentuk
saran belajar. Tapi bukan itu saja banyak arti penting Media pembelajaran yang
di gunakan terutama manyangkut kwalitas hasil pendidikan di indonesia.
Di
era Moderan dan Globalisasi saat ini teknologi berperan penting bagi kehidupan
hal yang tak dapat di pungkiri dan tak bisa di hindari. Oleh itu sekolah
merupakan salah satu tempat pengenal teknologi via media pembelajaran dan
pembelajaran teknologi (TIK) agar siswa tidak buta teknologi.
Kita
tengok terlebih dahulu pemanfaatan teknologi di laur negri seperti di negara
tetangga , Australia, seperti pemberian kesempatan pendidkan di derah jauh yang
sulit terjangkau dengan bekerja sama The Australian Broadcesting Commision
(ABC) sebagai pemberi sarana pendidikan jarak kau. Begitu juga di Cina dengan
Program UTC-nya ( Universitas Televisi Cina ). Hal ini mereka lakukan untuk
memenuhi kebutuhan pendidkan di wilaya mereka yang luas dan sulit ter jangkau
untuk pemerataan pendidikan. Hal itu yang juga harus di pelajari Indonesia yang
mempunya Latar Geografis yang sama. Sehingga tetjadi ketimpangan Pendidikan dan
juga sebai kebutuhan perubahan Zaman yang terus berkembang pesat.
Alasan nilai kepentingan Penggunaan media pada proses pendidikan
Belajar
tidak selamanya bersentuhan dengan hal - hal yang kongkrit, baik dalam konsep
maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan
hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik realitasnya. Karena
itu media memiliki andil untuk menjelaskan hal - hal yang abstrak dan
menunjukan hal - hal yang tersembunyi. Ketidak jelasan atau kerumitan bahan
ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam
hal - hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan
materi pelajaran. Namun perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat
apabila penggunaanya tidak sejalan dengan esensi tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Karena itu tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan
untuk menggunakan media. Manakala diabaikan maka media bukan lagi sebagai alat
bantu pengajaran tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien.
Sebagai
pentingnya peran media dalam pengajaran, namun tetap tidak bisa menggeser peran
guru, karena media hanya berup alat bantu yang memfasilitasi guru dalam
pengajaran. Oleh karena itu guru tidak dibenarkan menghindar dari kewajibannya
sebagai pengajar dan pendidik untuk tampil di hadapan anak didik denganseluruh
kepribadiannya.
Dalam
proses belajar mengajar, fungsi media menurut Nana Sudjana ( 1991 ) yakni: :
1. Penggunaan media dalam proses
mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri
sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Penggunaan
media pengajaran merupakan bagian yangintegral dari keseluruhan situasi
mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang
harus dikembangkan guru.
3.
Media
dalam pengajaran penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isi
pelajaran.
4. Penggunaan
media bukan semata - mata sebagai alat huburan yang digunakan hanya sekedar
melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5. Penggunaan
media dalam proses pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses
belajar dan membantu siswa dalam menagkap pengertian yang diberikan guru.
6.
Pengguna
media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Lebih detil lagi penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah:
1.
Menarik perhatian siswa.
2.
Membantu
untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.
3.
Memperjelas
penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis ( dalam bentuk kata - kata
tertulis atau lisan ).
4.
Mengatasi
keterbatasan ruang.
5.
Pembelajaran
lebih komunikatif dan produktif.
6.
Waktu
pembelajaran lebih dikondisikan.
7.
Menghilangakn
kebosanan siswa dalam belajar.
8.
Meningkatkan
motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/ menimbulkan gairah belajar.
9.
Melayani
gaya belajar siswa yang beraneka ragam.
10.
Meningkatkan
kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Berawal dari penjelasan di atas bahwa guru sangat diharapkan memahami terhadap
media semakin jelas, sehingga dapat memanfatkan media secara tepat. Oleh karena
itu, guru perlu menentukan media secara terencana, sistematis dan sistemik (
sesuai dengan sistem belajar mengajar ).
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002:11) ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
·
Fiksatif
(fixative property) Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam,
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek.
·
Manipulatif
(manipulatif property) Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan
kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar
time-lapse recording.
·
Distributif
(distributive property) Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui
suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan
kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama
tentang kejadian itu.
Peranan
Media, diantaranya:
1.
Mengatasi
perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.
2.
Mengatasi
batas-batas ruang kelas.
3.
Mengatasi
kesulitan apabila suatu benda yang diamati terlalu kecil.
4.
Mengatasi
gerak benda secara cepat atau lambat.
5.
Mengatasi
hal-hal yang terlalu kompleks untuk dipisahkan.
6.
Mengatasi
suara yang terlalau halus untuk didengar.
7.
Mengatasi
peristiwa-peristiwa alam.
8.
Memungkinkan
terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau alam.
9.
Memungkinkan
terjadinya kesamaan dalam pengamatan (Rohani, 1997:6).
Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa fungsi dari media pembelajaran yaitu
media yang mampu menampilkan serangkaian peristiwa secara nyata terjadi dalam
waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu singkat dan suatu peristiwa yang
digambarkan harus mampu mentransfer keadaan sebenarnya, sehingga tidak
menimbulkan adanya verbalisme. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar sangat penting, karena seperti yang dikemukakan oleh Edgar Dale (dalam
Sadiman, dkk,2003:7-8) dalam klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang
paling konkrit ke yang paling abstrak, dimana partisipasi, observasi, dan
pengalaman langsung memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pengalaman
belajar yang diterima siswa. Penyampaian suatu konsep pada siswa akan
tersampaikan dengan baik jika konsep tersebut mengharuskan siswa terlibat
langsung didalamnya bila dibandingkan dengan konsep yang hanya melibatkan siswa
untuk mengamati saja. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dengan penggunaan
media pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih
konkret kepada siswa dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
1 komentar:
Thank's gan infonya !!!
www.bisnistiket.co.id
Posting Komentar