I. Potensi
Cagar Budaya Sumatera Selatan
Potensi benda cagar budaya dan situs di Sumatera deSelatan cukup
beragam, mulai dari masa prasejarah, masa Klasik (Hindhu-Budha ), masa Islam,
dan masa kolonial. Peninggalan masa prasejarah umumnya tersebar di dataran
tinggi Sumatera Selatan, terutama dari Kebudayaan Pasemah. Tinggalan masa
Klasik berupa bangunan/sisa bangunan candi serta temuan lepas yang berupa
prasasti, arca, keramik, benda benda perhiasan dan lain sebagainya. Sedangkan
tinggalan budaya masa Islam persebarannya cukup luas sejalan dengan
perkembangan agama Islam hingga puncak kejayaan Kesultanan Palembang
Darussalam. Warisan kesultanan terutama berada di pusat Kota Palembang, seperti
kawasan Benteng Kuto Besak dan Masjid Agung. Peninggalan masa kolonial ditandai
dengan adanya bangunan yang berfungsi untuk kantor serta kawasan pemukiman
dengan bangunan tempat tinggal bergaya Eropa. Kehadiran bangunan bercorak Eropa
telah menciptakan warna tersendiri, Palembang yang semula identik dengan pusat
pelabuhan dagang tradisional kemudian berubah menjadi sebuah kota dengan citra
modern seperti halnya kota-kota besar di Hindia Belanda dan Eropa pada umumnya.
Sejarah budaya Sumatera Selatan sebagian tercermin dari keberadaan
situs dan benda cagar budayanya. Inilah sebenarnya yang disebut kekayaan
warisan budaya Sumatera Selatan. Suatu kekayaan budaya yang membutuhkan
perhatian untuk dilestarikan dan secara bersama-sama juga disandingkan dengan
pelestarian budaya lainnya (nilai dan tradisi) sebagai hasil karya cipta
masyarakat lokal.
Pelestarian benda cagar budaya dan situs sesuai dengan tujuannya
adalah untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya di bidang pemahaman dan
pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, kepentingan sosial, pariwisata dan
kebudayaan dalam arti luas. Namun, dalam mencapai tujuannya sendiri tidak
selamanya berjalan lancar, banyak tantangan dan kendala yang dihadapi sesuai
dengan dinamika yang berkembang dalam masyarakat. Bahkan, seringkali
pelestarian juga dihadapkan pada masalah-masalah perbedaan persepsi dan
kepentingan yang berujung pada suatu konflik yang berkepanjangan dan pada
gilirannya berdampak pada penurunan kualitas benda cagar budayanya sendiri.
Kondisi seperti ini tentu harus disikapi dengan bijak dan dibutuhkan suatu
kerjasama serta kolaborasi semua pihak yang terkait (stake holder).
II. Cagar Budaya Megalitikum Pasemah
Ilustrasi menarik mengenai tempat orang-orang Basemah pernah
dituliskan oleh JSG Grambreg, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang
ditulisnya tahun 1865 sebagai berikut : " Barang siapa yang mendaki Bukit
Barisan dari arah Bengkulu, kemudian menjejakkan kaki di tanah kerajaan
Palembang yang begitu luas dan barang siapa yang melangkahkan kakinya dari arah
utara Ampat Lawang (negeri empat gerbang) menuju ke dataran Lintang yang indah,
sehingga ia mencapai kaki sebelah Barat Gunung Dempo, maka sudah pastilah ia di
negeri orang Pasemah. Jika ia berjalan mengelilingi kaki gunung berapi itu,
maka akan tibalah ia di sisi timur dataran tinggi yang luas yang menikung agak
ke arah Tenggara, dan jika dari situ ia berjalan terus lebih ke arah Timur lagi
hingga dataran tinggi itu berakhir pada sederetan pengunungan tempat, dari sisi
itu, terbentuk perbatasan alami antara negeri Pasemah yang merdeka dan wilayah
kekuasaan Hindia Belanda".
Situs-situs megalitik di daratan tinggi Pasemah meliputi daerah
yang luasnya sekitar 80 km 2. Situs-situs megalitik tersebar di dataran tinggi,
di puncak gunung, di lereng dan ada yang di lembah. Pada umumnya situs-situs
megalitik berada di ketinggian 400 meter dpl, karena terletak di dataran tinggi
maka daerah ini mempunyai curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Daerah
Pasemah wilayahnya meliputi Bukit Barisan dan di kaki pegunungan Gumai. Satuan
morfologi pegunungan merupakan tempat tersedianya bahan batu hasil letusan
gunung api Dempo yang menyebarkan lahar dan lava serta batu-batuan vulkanis.
Letusan gunung api inilah yang menyebarkan batu-batuan sampai ke daerah –
daerah yang termasuk satuan morfologi bergelombang dan satuan morfologi
daratan. Selain itu di daerah Pasemah terdapat alur-alur sungai besar dan kecil
yang memudahkan transportasi air dan sumber kehidupan. Pada umumnya keadaan
alam yang subur memudahkan mereka untuk berkebun dan membudidayakan ternak dan
membuat rumah - rumah hunian dengan tiang yang tinggi.
Situs-situs
arca megalitik
-Situs
Tanjung Aro menggambarkan pahatan seseorang sedang berkelahi melawan ular
-Situs Muara Danau menggambarkan pahatan seorang menggendong anak
-Situs Muara Dua menggambarkan seseorang yang menggendong sesuatu pada punggungnya
-Situs Gunung Megang menggambarkan tokoh manusia yang menindih gajah dalam posisi terlentang
-Situs Tebing Tinggi dipahatkan gambaran orang mengendarai kerbau
-Situs Benua Keling dipahatkan orang naik gajah
-Situs Gunung Megang terdapat arca kepala manusia
-Situs Kota Raya Lembak terdapat arca kepala manusia
-Situs Tinggi hari dipahatkan seseorang sedang duduk dengan menggendong gajah kecil, dan arca babi hutan yang belum selesai, selain itu terdapat menhir yang terdapat tokoh manusia dan buaya.
-Situs Sinjar Bulan terdapat pahatan orang duduk membimbing anak kecil
-Situs Tebat Sibentur dipahatkan seseorang memakai kalung.
-Situs tegur wangi terdapat arca 3 buah
-Situs Tanjung Sirih terdapat arca yang menggambarkan orang naik kerbau, orang memakai helm,dua orang bergendongan dan harimau menekam anak kecil.
-Situs Tanjung Telang terdapat pahatan orang membopong gajah.
-Arca dari situs di Air Purah, melukiskan dua orang prajurit yang berhadap-hadapan, seorang memegang tali yang diikatkan pada hidung kerbau, dan yang lain memegang tanduk kerbau
Lukisan pada batu cadas dan kubur batu
-Situs Tanjung Aro, lukisan orang naik kerbau
-Situs Kotaraya Lembak hiasan sulur-suluran, binatang melata, lingkaran consentris
-Situs Tegur wangi dipahatkan gambar orang berlari sambil bawa nekara di punggung, serta terdapat semacam sinar dan sayap. Pada bagian dinding bawah batu cadas terdapat tiga buah manusia kangkang dan goresan garis-garis serta lubang – lubang kecil
-Situs Muara Pinang terdapat goresan berbentuk manusia
-Situs Gunung Megang dipahatkan padsa batu datar menggambarkan garis – garis berbentuk ikan dan tombak
-Situs di Tebat Sibentur menggambarkan anggota badan sebatas dada ke bawah.
-Situs Muara Danau menggambarkan pahatan seorang menggendong anak
-Situs Muara Dua menggambarkan seseorang yang menggendong sesuatu pada punggungnya
-Situs Gunung Megang menggambarkan tokoh manusia yang menindih gajah dalam posisi terlentang
-Situs Tebing Tinggi dipahatkan gambaran orang mengendarai kerbau
-Situs Benua Keling dipahatkan orang naik gajah
-Situs Gunung Megang terdapat arca kepala manusia
-Situs Kota Raya Lembak terdapat arca kepala manusia
-Situs Tinggi hari dipahatkan seseorang sedang duduk dengan menggendong gajah kecil, dan arca babi hutan yang belum selesai, selain itu terdapat menhir yang terdapat tokoh manusia dan buaya.
-Situs Sinjar Bulan terdapat pahatan orang duduk membimbing anak kecil
-Situs Tebat Sibentur dipahatkan seseorang memakai kalung.
-Situs tegur wangi terdapat arca 3 buah
-Situs Tanjung Sirih terdapat arca yang menggambarkan orang naik kerbau, orang memakai helm,dua orang bergendongan dan harimau menekam anak kecil.
-Situs Tanjung Telang terdapat pahatan orang membopong gajah.
-Arca dari situs di Air Purah, melukiskan dua orang prajurit yang berhadap-hadapan, seorang memegang tali yang diikatkan pada hidung kerbau, dan yang lain memegang tanduk kerbau
Lukisan pada batu cadas dan kubur batu
-Situs Tanjung Aro, lukisan orang naik kerbau
-Situs Kotaraya Lembak hiasan sulur-suluran, binatang melata, lingkaran consentris
-Situs Tegur wangi dipahatkan gambar orang berlari sambil bawa nekara di punggung, serta terdapat semacam sinar dan sayap. Pada bagian dinding bawah batu cadas terdapat tiga buah manusia kangkang dan goresan garis-garis serta lubang – lubang kecil
-Situs Muara Pinang terdapat goresan berbentuk manusia
-Situs Gunung Megang dipahatkan padsa batu datar menggambarkan garis – garis berbentuk ikan dan tombak
-Situs di Tebat Sibentur menggambarkan anggota badan sebatas dada ke bawah.
Cagar
budaya yang Terbengkalai
Setelah
Subak di Bali, UNESCO juga mencantumkan Kota Pagaralam di Sumatera Selatan
sebagai calon Situs Warisan Budaya. Kota peninggalan Megalitikum ini punya
beragam destinasi wisata yang mampu membuat wisatawan terkesima.
Situs
peninggalan Megalitikum di Pagaralam, Sumatera Selatan, telah didaftarkan
UNESCO sebagai kandidat Situs Warisan Budaya. Tak heran, kota seluas 633
kilometer persegi ini memang menyimpan banyak potensi wisata sejarah.
Di
sini, Anda bisa melihat beberapa peninggalan zaman Megalitikum yang ditaksir
berumur lebih dari 1.000 tahun. Beberapa tempat untuk menemukan peninggalan
tersebut di antaranya areal perkebunan Dusun Atungbungsu, kebun kopi Dusun
Cawang Lama, Tegur Wangi lama, Tanjung Aro, dan Mingkik.
Keberadaan
yang tersebar itulah yang membuat koordinasi penanganan dan pelestarian yang
ada mengalami hambatan semoga bantuan dari pengakuan dari UNESCO dapat membantu
pengolahan yang jauh lebih baik lagi.
Masalah
pelestarian bukanlah tanggungjawab institusi tertentu, namun menjadi tanggungjawab
semua pihak. Oleh karena itu. dibutuhkan suatu kolaborasi antar pihak dalam
mencapai sinergi, sehingga pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan benda
cagar budaya dapat menguntungkan semua pihak secara optimal, serta terpenting
dapat adaptif dengan dinamika masyarakat tanpa harus mengorbankan nilai-nilai
sejarah budayanya.
3 komentar:
PEMIKIRAN DAN RENCANA BESAR INI,, AKAN LEBIH MENGGEMA JIKA DILAKUKAN SECARA BERSAMAAN DAN TERPADU DENGAN SESAMA SUMBAGSEL; MASYARAKAT DAN PEMDA MASING-MASING BERSINERGI MELAKUKAN GERAKAN YANG SAMA; DENGAN CATATAN ORANG-ORANG BADAN PURBAKALA DAN UNSUR PEMERINTAH LAINNYA; TIDAK LAGI HANYA MELAYANI PEKERJAAN; SEKEDAR MENEBUS GAJINYA SAJA TAPI BENAR-BENAR DENGAN HATI MERANGKUL BUDAYAWAN, MASYARAKAT PEMERHATI YANG IKHLAS MEMBANGKITKAN, MENGUNGKAP SEJARAH DAN SITUS SEJARAH SETIAP KESEMPATAN....
Mungkinkah situs Pasemah ini sebagai bukti-bukti alam (kebudayaan) dari Atlantis yang hilang ?
situs megalitik Pasemah relatif sangat muda,,1000 th lalu,,jika dibanding atlantis yg hilang jutaan th lalu
Posting Komentar