Juni 29, 2011

Memahami Kembali Makna Isra Miraj

Artinya: "Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi di sekelilingnya. Untuk kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan kami. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui". (Q.S. Al-Isra: 1).

Berkaitan dengan Isra dan Mi’raj para teolog islam banyak berspekulasi tentang perjalanan ke langit pada malam itu, sebab hal itu menimbulkan beberapa kesulitan untuk memecahkanya. Ada yang berpendapat bahwa yang melakukan perjalanan adalah ruhani bukan jasmani, namun istri Nabi Aisyah, “Bahwa jasmaninya tidak hilang” di tentang semakin banyaknya kecenderungan untuk mengklaim bahwa perjalanan ini benar-benar secara jasmani, bahkan kaum Mu’tazilah menguatkan bahwa yang melakukan perjalanan adalah ruhaniah bukan jasmaniah. Namun mufasir Al-Qur’an kenamaan, Thabrani (awal abad ke-10), berpendapat bahwa perjalanan Nabi itu benar-benar terjadi secara jasmani, karena mereka lebih harfiyah, dan dalam Al-Qur’an sebagaimana ditekankan oleh Thabrani dengan jelas mengatakan “Allah telah memperjalankan hambaNya pada malam hari” dan “bukan jiwa hambaNya”.

Dan tidak mustahil ketika kejadian Isra Mi'raj ini banyak ditentang oleh kaum rasionalis dan mereka berdalih "mana mungkin seseorang mampu berjalan melebihi kecepatan sinar". Akan tetapi kenyataan ilmiah membuktikan bahwa setiap sistem gerak mempunyai perhitungan waktu yang berbeda dengan sistem yang lain. Bahwa kebutuhan waktu untuk mencapai suatu sasaran berbeda satu dengan yang lain. Benda padat membutuhkan waktu yang lebih lama di bandingkan dengan suara, demikian juga suara lebih lama di bandingkan dengan cahaya, sehingga kita dapat berkata bahwa ada sesuatu yang tidak membutuhkan waktu untuk mencapai sasaran. Di samping itu juga bahwa Manusia memiliki keterbatasan berpikir, dan berbatas pada eksperimen atau melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala alam  yang dapat dilakukan oleh siapa, kapan dan dimana saja.

Isra Mi’raj juga memiliki makna penting dalam ruang imajinasi umat Islam. Makna penting itu jika diurai tentu akan memanjang. Isra Mi’raj, bisa dimaknai dari sudut pergolakan dakwah Nabi, kebenaran doktrin Islam, perjumpaan dengan para Nabi dan lain sebagainya. Tapi yang jelas, kisah-kisah serupa itu mengarahkan pengetahuan dan kesadaran umat beragama akan narasi besar yang memperkukuh dinamika umat untuk menyaksikan kehadiran Yang Mutlak (Allah). Ini penting, setidaknya demi membendung tergelincirnya sejarah ketuhanan dan Agama dari sekadar sejarah dunia yang biasa dan profan.

Disamping itu pula, mirajnya seorang mukmin bukanlah sebuah upaya pendakian spiritual untuk berpaling dari tanggung jawab kemanusiaan, melainkan justru agar terjalin kontak antara kehendak suci di langit dan orientasi manusia di bumi. Shalat dan dzikir bisa dilihat sebagai institusi iman dimana sebuah keyakinan dan orientasi keilahian diterjemahkan dikaitkan dengan orientasi praksis untuk menciptakan salam (perdamaian) diantara sesama manusia. Dengan kata lain, rentangan spektrum Ilahi di satu sisi dan spektrum kemanusiaan disisi yang lain secara metafisis tidaklah tepat jika diletakan dalam perspektif ruang sebagaimana ruang yang kita fahami dalam hidup keseharian. Tetapi keduanya menyatu dalam sebuah kesadaran, sehingga bagi seorang mukmin perilaku kemanusiaan-nya hendaknya memuat kualitas Ilahi, dan kehangatan dalam bertuhan hendaknya terefleksikan dalam perilaku kemanusiaanya. 

Sementara itu menurut tradisi islam, Isra dan Mi’raj terjadi selama priode Makkah yang terahir dari kehidupan Muhammad, tidak lama sebelum hijrah ke Madinah, yang biasa diperingati pada tangal 27 rajab, bulan ke tujuh hijiriyah. Di daerah kasmir (India), biasanya memperingati Mi’raj selama satu mingu dengan memperbanyak bacaan bacaan yang memuji Nabi mengagungkan namanya. Di Turki, malam Mi’raj di perlakukan sama dengan malam kelahiran Nabi, sebagai malam yang penuh dengan berkah dan biasanya malam-malam itu masjid di hiasi dengan lampu-lampu dan diramaikan puji-pujian.

Dalam peristiwa ini di samping Nabi melihat tentang kebesaran-kebesaran Allah, juga diperlihatkannya surga beserta panoramanya dan peristiwa-peristiwa yang lain yang menakjubkan. Berbagai fenomena yang ditemui oleh Nabi saat melakukan wisata religius begitu banyak yang amat mengerikan, seperti bibir dan lidah yang terus tergunting yang mencerminkan hukuman bagi orang-orang yang selalu menyebarkan fitnah. Wajah dan dada yang terus tercakar sebagai gambaran bagi mereka yang suka menindas. Orang-orang terus berenang di kolam nanah dan darah lalu terus dilempari batu, sebagai gambaran siksaan bagi orang-orang yang korupsi dan makan harta riba. Semua amatlah penting untuk dijadikan sebagai referensi renungan di tengah gelombang kehidupan yang semakin runyam dan begitu dahsyat.

Di samping itu juga agar manusia tidak melakukan tindakan-tindakan yang sewenang-wenang. Juga agar manusia tidak melangsungkan hidupnya di dunia yang hanya mengikuti zaman yang carut-marut, akan tetapi manusia diharapkan hidup dan beraktivitas dengan bahasa langit seperti orang-orang suci, para Nabi, sahabat dan ulama bahkan menyatu dengan Tuhan. Dengan hidup yang dihiasi dengan kesempurnaan bahasa langit dan bumi akan mendapatkan kesempurnaan dalam hidupnya. 

Di samping itu Isra juga merupakan simbol perjalanan hidup Manusia, isra adalah perjalanan mendatar (Horizontal) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina. Hal ini mengisyaratkan proses pertumbuhan yang bersifat kuantitatif. Mi'raj adalah perjalanan naik (Vertikal) dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha mengisyaratkan adanya proses kualitatif. Manusia makhluk Allah yang paling sempurna, memahami hidup ini untuk menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan.

Proses perkembangan lebih menekankan pada mental yang bersifat nilai bukan materi. Proses ini lebih berbicara tentang kualitas hidup  manusia misalnya, bodoh menjadi pandai, dari hina menjadi mulia, dari terlaknat menjadi terhormat, dari maksiat menjadi taat. Kemudian proses yang bersifat kuantitatif, dari mulai kecil kemudian besar, sedikit menjadi banyak. Kedua proses yang tidak bisa di pisahkan ini menjadi pembeda antara manusia dan makhluk biologis lainnya. Proses perkembangan adalah proses yang khas pada diri manusia, sebab tidak terjadi pada binatang bahkan Malaikat sekalipun. Sedangkan proses pertumbuhan terjadi pada semua makhluk biologis.

Dalam proses perjalanan Mi'raj kita diingatkan pada tiga titik, atau tiga tempat yang paling penting yaitu, Masjidil Haram, Masjidil Aqsa, dan Sidratul Muntaha. Hal ini mengingatkan juga pada tiga peristiwa penting dalam perjalanan hidup manusia, yaitu kelahiran, kematian, dan kebangkitan. Dengan kata lain, bahwa hidup bagi manusia adalah proses dinamis, proses ke masa depan, maka perjuangan Isra Mi'raj adalah isyarat bagaimana manusia menatap masa depan dan mengabdikan diri pada Allah.
 Dalam peristiwa ini yang termuat dalam hikmah-hikmah Isra Mi’raj yang dapat dipetik dari momen-momen simbolik peristiwa itu adalah:

Satu, kita menemukan, bahwa sejarah mencatat prosesi pembedahan dada Nabi sewaktu Isra Mi’raj. Dari peristiwa itu, kita menangkap simbol pelapangan dada, penyucian hati, penajaman nurani. Lebih spesifik lagi, pembedahan itu beresensi persiapan untuk bermunajat dengan yang Maha Tinggi dan Maha Suci.
Dua, kelapangan dada, kerendahan hati dan ketajaman nurani sebagaimana yang dipraktekkan Nabi, terlihat sangat penting dalam misi-misi profetik dan sosial demi mereformasi tatanan yang tidak ideal. Fungsinya, sebagaimana yang ditegaskan Al-Qur'an, dapat meringankan beban (psikis), mengangkat citra, dan menumbuhkan optimisme, bahwa di balik kesengsaraan ada jalan keluar (QS. Al-Insyirah: 1-6).
Tiga, Isra Mi’raj juga mengandaikan adanya dorongan untuk belajar dari pengalaman orang lain. Perjumpaan dan dialog antara Nabi Muhammad dengan Nabi-Nabi seniornya, soal-jawabnya kepada Jibril (sebagai mana tertulis diatas), menandakan bahwa reformasi menuntut kerendahan hati untuk belajar dari banyak kisah gagal dan sukses orang lain.

Empat, sebatas yang kita amati, spiritualitas atau perasaan bahwa adanya kontrol yang Maha Tahu atas aktivitas kita, menjadi penting tatkala sistim-sistim yang kita reformasi tidak berjalan dengan ruh yang kita idealkan. Wisata spiritual Nabi dalam Isra Mi’raj, menunjukkan bahwa spiritualitas sangat penting untuk menuntaskan misi dan visi reformasi. Sebuah falsafah moralitas mengingatkan kita, bahwa “Innama al-umam al-akhlaq ma baqiyat, fain hum dzahabat akhlaquhum dzahaba” (suatu komunitas akan kekal bersama moralitas; bila moralitasnya hancur, raiblah mereka bersamanya). Wallahu a`lam bi as-showab

Deni Sutan Bahtiar
Penulis Buku-Buku Islam
denisb29@ymail.com

Juni 09, 2011

Miracle of Istanbul


Final Liga Champions 2005
25 Mei 2005
Stadion Olimpiade Kemal Ataturk, Istanbul
Wasit: Manuel Mejuto Gonzalez
Penonton: 70.024 orang

AC Milan 3-3 Liverpool
(2-3 adu penalti)
(Paolo Maldini 1', Hernan Crespo 38', 42';
Steven Gerrard 54', Vladimir Smicer 56', Xabi Alonso 60')

Dinding stadion Kemal Ataturk seperti setipis kertas. Dari kamar ganti Liverpool, sorak sorai pemain AC Milan di ruangan yang berbeda begitu jelas terdengar. Semua pemain Liverpool tertunduk lesu. Tak ada yang berani menegakkan kepala. Pada malam final Liga Champions 2004/05 itu, Milan memberikan pukulan telak kepada Liverpool. Milan mampu unggul 3-0 saat jeda. Bek veteran Paolo Maldini membuka keunggulan pada menit pertama pertandingan. Sebelum turun minum, Hernan Crespo menambahnya dengan dua gol. Awal yang sempurna.

Tak mau disetir kemurungan, Rafael Benitez menghimpun nafas dan berdiri di tengah para pemainnya. Sang manajer sadar, dia hanya punya waktu 15 menit untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Ketika berjalan dari bangku cadangan menuju ruang ganti, benak Benitez dipusingkan mencari-cari kalimat dalam bahasa Inggris yang tepat untuk "menghidupkan" para pemainnya. Kalimat yang kemudian meluncur dari mulutnya sederhana saja.

"Jangan tundukkan kepala kalian. Kita Liverpool. Kalian bermain untuk Liverpool. Jangan lupakan itu. Kalian harus tetap menegakkan kepala kalian untuk suporter. Kalian harus melakukkannya untuk mereka", serunya.

"Kalian tak pantas menyebut kalian pemain Liverpool kalau kepala kalian tertunduk. Kalau kita menciptakan beberapa peluang, kita berpeluang bangkit dalam pertandingan ini. Percaya lah kalian mampu melakukannya. Berikan kesempatan buat kalian sendiri untuk keluar sebagai pahlawan."

Sebelum tim keluar kamar ganti, Rafa menyusun skema formasi baru di papan tulis. Untuk menghambat Kaka, Rafa meminta Dietmar Hamann bersiap tampil menggantikan Djimi Traore. Namun, ketika diberitahu Steve Finnan mengalami cedera, Benitez memanggil kembali Traore yang sudah mencopot sepatu dan berjalan ke kamar mandi. Keputusan terakhir, Finnan keluar, Hamann masuk.

Rafa sadar, tak ada lagi ruginya mengorbankan seorang pemain bertahan. Liverpool bermain dengan tiga pemain belakang dan kapten Steven Gerrard didorong lebih ke depan. Liverpool memang harus bangkit, sekarang atau tidak sama sekali.

Inilah lima belas menit yang menentukan. Lima belas menit yang mengubah segalanya. Babak kedua menjadi milik Liverpool. Sembilan menit berjalan, Liverpool menyulut sumbu ledak stadion. Dalam rentang enam menit berikutnya, Liverpool ganti mengendalikan situasi. Steven Gerrard memberikan gol inspirasional lewat sundulan kepala menyongsong umpan John Arne Riise. Tak lama berselang, tendangan keras jarak jauh Vladimir Smicer tak dapat ditahan Dida. Belum lagi Milan menata diri, pada menit ke-60, Gerrard dijatuhkan di kotak penalti oleh Gennaro Gattuso. Penalti! Awalnya, eksekusi Xabi Alonso sempat ditahan Dida, tapi bola muntah langsung disambar Alonso.

Cerita belum selesai. Kedudukan 3-3 bertahan hingga 90 menit. Pertandingan diperpanjang hingga 30 menit, tapi tetap tak bisa menentukan pemenang. Juara Liga Champions musim itu pun harus diselesaikan melalui babak adu penalti.

Sebelum "babak perjudian" itu dimulai, Jamie Carragher datang menghampiri kiper Jerzy Dudek. Carra menyarankan Dudek agar melakukan "sesuatu" untuk mengacaukan konsentrasi pemain Milan. Dudek langsung teringat rekaman video yang pernah disaksikannya. Kaki spaghetti! Saat adu penalti final Piala Champions 1984 melawan AS Roma, pendahulu Dudek, Bruce Grobbelaar, memelintir-melintir kakinya. Entah memang berpengaruh atau tidak, Grobbelaar berhasil membawa Liverpool menang dan merebut Piala Champions.


Trik yang sama dipakai Dudek ketika Andriy Shevchenko bertugas sebagai eksekutor terakhir Milan. Terbukti, trik kuno itu berhasil. Eksekusi Sheva mengarah ke tengah gawang dan dengan sebelah tangan, Dudek menahannya. Liverpool pun merajai Eropa! Jerih payah fans Liverpool yang terus menggemuruhkan dukungan untuk klub kesayangan mereka terbayar sudah!

Mukjizat di Istanbul ini kemudian diabadikan dalam film Fifteen Minutes That Shook The World. Betapa tidak, final Liga Champions musim itu sangat dramatis dan membuktikan segalanya mungkin terjadi di lapangan sepakbola.

Pascafinal Istanbul, hidup tak lagi sama. Tapi, hidup juga berjalan terus. Satu per satu figur pemain heroik, seperti Harry Kewell, Milan Baros, Djibril Cisse, Luis Garcia, Dudek, dan Smicer meninggalkan Anfield dan melanjutkan karir di klub baru.

Sebagian tetap tinggal, terutama Gerrard. Sang kapten sempat disebut-sebut akan hijrah ke Chelsea musim panas 2005 itu. Tapi, Istanbul mengubah segalanya.

"Bagaimana mungkin saya pindah setelah mengalami final seperti ini?" ujar Gerrard.

Arak-arakan bus dengan atap terbuka dan kerumunan satu juta orang, 300 ribu di antaranya memadati St George's Hall, suatu hari di Mei 2005, pasti takkan pernah dilupakan Liverpudlian sepanjang masa.
  
Susunan pemain di laga final 2005 ;

AC Milan
1- Dida
2- Cafu
3- Paolo Maldini
31- Jaap Stam
13- Alessandro Nesta
21- Andrea Pirlo
8- Gennaro Gattuso / 10- Rui Costa (112')
20- Clarence Seedorf / 27- Serginho (86')
22- Kaka
7- Andriy Shevchenko
11- Hernan Crespo / 15- Jon Dahl Tomasson (85')


Liverpool
1- Dudek
3- Steve Finnan / 16- Dietmar Hamann (46')
21- Djimi Traore
23- Jamie Carragher
4- Sami Hyypia
14- Xabi Alonso
10- Luis Garcia
6- John Arne Riise
8- Steven Gerrard
7- Harry Kewell / 11- Vladimir Smicer (23')
5- Milan Baros / 9- Djibril Cisse (85')

Juni 08, 2011

Daftar Top Skorer Liga Champions Eropa

Gue tulis nartikel ini setal menyaksiakn panasnya liga champions musim ini, selain mempertemukan dua tim yang memang di katagorikan sangat pantas di ajang tertinngi tim-tim elit eropa. Selain itu juga pecahnya rekor gol terbanyak pun terulang di musim ini yang bisa di bilang ini musim terbaik di liga champions dengan tim-tim terbaik yang tampil di partai puncaknya.
Leonel Messi menjawab keraguan banyak pihak tentang penobatanya sebagai pemain terbaik dunia setelah ia main melempem di Piala Dunia 2010 bersama Tim Tenggo. Rekor 12 gol Memang masih sama dengan torehan Ruud Van Nistelroy namun catatan manis ini ia sempurnakan dengan hat-trick top skorer dalam 3 musim ini ( 2009 - 2011 ), hal yang menarik lainnya adalah 2 trofi " Telinga Lebar " yang ia persembahkan bagi Barcelona hanya dalam 3 musim saja.
oklah ini Gue persembahkan Para Tokoh yang berhasil mendapat sepatu emas di liga prestisius sejagad ini, tapi dari daftar yang bakal anda baca ini bisa kita ambil kesimpulan dengan mesin gol yang hebat  bukan jaminan buat menggaransi piala di klub anda ;

MUSIM
TOP SKORER
Tim Juara
1956
Milos Milutinovic ( Partizan )
MADRID
1957
Dennis Violet ( Man. United )
MADRID
1958
Alfredo Di Stefano ( Madrid )
MADRID
1959
Just Fontainer ( Stande Reims )
MADRID
1960
Ferenc Puskas ( Madrid )
MADRID
1961
Jose Aguas ( Benfica )
BENFICA

Alfredo Di Stefano ( Madrid )


Bent Lofqvist (Denmark B 1913 )

1962
ferenc Puskas ( Madrid )
BENFICA

Alfredo Di Stefano ( Madrid )


Heinz Strehl ( Nunberg )

1963
Jose altafini ( Milan )
MILAN
1964
Sandro Mozzola ( Inter )
INTER

Ferenc Puskas ( Madrid )


Vladica Kovecevic ( Patizan )

1965
Eusibio ( Benfica )
INTER

Jose Augusto Torres ( Benfica )

1966
Florian Albert ( Ferencvaros )
MADRID

Eusibio ( Benfica )

1967
Jurgen Piepenburg ( Vorwarts Berlin )
CELTIC

Paul Van Himst ( Anderlecht )

1968
Eusibio ( Benfica )
Man. UNITED
1969
Denis Law ( Man. United )
MILAN
1970
Mick Jones ( Leeds )
FEYENOORD
1971
Antonius Antoniadis ( Panathinaikos )
AJAX
1972
Antal Dunai II ( Ujpest Dosza )
AJAX

Lou Macari ( Celtic )


Silvaster Takac ( Standar Liege )

1973
Gerld Muller ( Bayern )
AJAX
1974
Gerld Muller ( Bayern )
BAYERN
1975
Gerld Muller ( Bayern )
BAYERN

Eduard Markarov ( Ararat Yerevan )

1976
Jupp Heynckes ( Monchengladbach )
BAYERN
1977
Gerld Muller ( Bayern )
LIVERPOOL

Fanco Cucinotta ( Zurich )

1978
Allan Simonsen ( Monchengladbach )
LIVERPOOL
1979
Claudio Sulser ( Grasshopper )
NOTTINGHAM
1980
Soren Lerby ( Ajax )
NOTTINGHAM
1981
Terry McDermott ( Liverpool )
LIVERPOOL

Greame Souness ( Liverpool )


Karl-Heinz Rummenigge ( Bayer )

1982
Dieter Hoeneb ( Bayer )
ASTON VILLA
1983
Paolo Rossi ( Juventus )
HAMBURG
1984
Viktor Sokol ( Dinamo Minsk )
LIVERPOOL
1985
Torbjon Nilsson ( IFK Gotenberg )
JUVENTUS

Michel Platini ( Juventus )

1986
Torbjon Nilsson ( IFK Gotenberg )
STEAUA BUCURESTI
1987
Borislav Cvetkovic ( Red Star Belgrade )
PORTO

Jean-Marc Ferreri ( Bordeaux )


Gherghe Hagi ( Steau Bucuresti )


Raba Madjer ( Porto )

1988
Ally McCoist ( Rengers )
PSV

Peter Novac ( Sparta Praha )


Michel ( Madrid )


Rui Aguas ( Benfica )

1989
Marco Van Basten ( Milan )
MILAN
1990
Romario ( PSV )
MILAN

Jean-Pierre Pappin ( Marseile )

1991
Peter Pacult ( Tirol Innsburuck )
CRVENA ZVEZDA

Jean-Pierre Pappin ( Marseile )

1992
Sergei Yuran ( Benfica )
BARCELONA

Jean-Pierre Pappin ( Marseile )

1993
Romario ( PSV )
MARSEILLE
1994
Ronald Koemen ( Barcelona )
MILAN

Wyton Rufer ( Bremen )

1995
Gorge Weah ( PSG )
AJAX
1996
Jari Litmanen ( Ajax )
JUVENTUS
1997
Miliko Pantic ( Atletico )
DORTMUND
1998
Alessandro Del Piero ( Juventus )
MADRID
1999
Andriy Shevchenko ( kyiv )
Man. UNITED

Dwight Yorke ( Man. United )

2000
Mario Jardel ( Porto )
MADRID

Rivaldo ( Barcelona )


Raul ( Madrid )

2001
Raul ( Madrid )
BAYERN
2002
Ruud Van Nistelroy ( Man. United )
MADRID
2003
Ruud Van Nistelroy ( Man. United )
MILAN
2004
Fernado Morientes ( Monaco )
PORTO
2005
Ruud Van Nistelroy ( Man. United )
LIVERPOOL
2006
Andriy Shevchenko ( Milan )
BARCELONA
2007
Kaka ( Milan )
MILAN
2008
Cristiano Ronaldo ( Man. United )
Man. UNITED
2009
Lionel Messi ( Barcelona )
BARCELONA
2010
Lionel Messi ( Barcelona )
INTER
2011
Lionel Messi ( Barcelona )
BARCELONA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Blog Themes | Bloggerized by andri pradinata - Gold Blogger Themes | AP14